BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang Masalah
Bimbingan dan Konseling
sebagai sejatinya merupakan suatu kesatuan integral antara pengembangan diri,
dukungan terhadap krisis, psikoterapis dan upaya pemecahan masalah individu. Begitupula halnya cakupannya dalam hal masalah pada
tingkat peserta didik di lembaga pendidikan dasar. Pada banyak kasus ditemukan
kesenjangan maupun hal yang dianggap tidak sejalan sejalan dengan harapan
maupun proses pendidikan yang dilaksanakan.
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan
dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga
menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebih-lebih
bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala
besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas
selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau gagal.
Belajar
merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan
dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga
oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan
hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan
persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan
lingkungan sosial yang kondusif.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka
kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak
berhasilan siswa dalam belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian
atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan
tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana
contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah
penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri. Kerugian
tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga
dan lembaga pendidikan.
Berhubung dengan itu saat ini indonesia sering melakukan perrubahan-perubahan
dalam kurikulum, mulai dari kurikulum 1975-2007 saat sekarang ini. Saat ini
pendidikan di Indonesia memakai kurikulum satuan pendidikan yang dilaksanakan
diseluruh sekolah dipenjuru Indonesia. Namun masalahnya kurikulum tersebut
tidak merata sosialisasinya disekolah. Ini merupakan salah satu yang
menyebabkan anak-anak disekolah mengalami kesulitan belajar. Ini dikarenakan
Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai dan tingkat materinya juga
sudah tinggi. Selain itu khususnya di kota Padang adalah salah satu daerah yang
rawan sekali terhadap bencana ini juga sangat berpengaruh terhadap kondisi
psikis anak yang menyebabkan aktivitas belajarnya terganggu, juga dengan
aktivitas pendidikan dikota padangpun ikut terggangu. Faktor-faktor
tersebut dapat menghambat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, sehingga
menimbulkan gejala kesulitan dalam belajar. Kadang kala hambatan itu disadari
oleh siswa namun ada juga yang tidak disadarinya sehingga mereka larut dalam
kesulitan belajar yang berkepanjangan tanpa adanya penyelesaian.
Berdasarkan tanda-tanda tersebut maka
seorang guru atau konselor sekolah perlu memberikan bantuan berupa mengadakan
diagnosis kesulitan belajar dan melakukan pengajaran perbaikan. Tujuannya
adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar agar dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan dapat meningkatkan prestasinya,
sehingga tidak tertinggal dari kelompoknya.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
guru pembimbing dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah:
1.
identifikasi
kasus dan masalah
2.
melokalisasi
letak dan jenis kesulitan belajar
3.
melokalisasi
factor penyebab kesulitan belajar
4.
perkiraaan
bantuan,
5.
pelaksanaan
bantuan
6.
tindak
lanjut.
Jika semua masalah yang dihadapi siswa
telah terentaskan khususnya masalah belajar, dampak positif yang lebih jauh
adalah meningkatkan prestasi belajar yang selanjutnya dapat dijadikan modal
dasar dalam belajar kelak. Sehingga pada akhirnya semua yang diusahakan melalui
pendidikan ini akan mampu menciptakan manusia- manusia yang berkualitas
dibidang masing-masing dan memberikan kepuasan tersendiri bagi individu dan
keluarga, khususnya orang tua yang memiliki harapan besar terhadap
anak-anaknya.
Berangkat dari fenomena yang penulis
tulis ini, maka sebagai konselor dan calon guru perlu sekali untuk mengatasi permasalahan
belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak-tidaknya
meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan
belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan
1.2Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah
Identifikasi Kasus itu?
2. Bagaimana
Lokalisasi Jenis dan Sifat Kesulitan Belajar?
3. Apakah yang dimaksud dengan Prognosis?
4. Bagaimana proses remedial dalam mengatasi masalah
kesulitan belajar?
5. Bagaimana Evaluasi dan Tindak Lanjut kesulitan
belajar?
1.3Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan dari rumusan masalah
yang ada diatas dan untuk memberikan pemahaman bagi penulis dan pembaca tentang
rumusan masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
IDENTIFIKASI KASUS
A. Identifikasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut:
a.
Menandai
siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami
kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus
dalam bidang studi tertentu.
b.
Teknik
yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
·
Meneliti
nilai ujian
·
Menganalisis
hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
·
Observasi
pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
·
Memeriksa
buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
·
Melaksanakan
sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para
siswa.
Identifikasi
ini bertujuan untuk menentukan siswa-siswa yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar. Cara yang dapat dilakukan untuk menemukan siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar adalah dengan cara sebagai berikut:
·
Melihat
nilai yang diperoleh siswa dari ujian semester dan ujian harian
·
Melaksanakan
tes setelah bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa
·
Membandingkan
hasil ujian yang pada legger nilai standar tujuan pendidikan
·
Membuat
profil chart secara keseluruhan
·
Menganalisis
hubungan sosialnya.
·
Menganalisis
perilaku yang berkaitan dengan pross belajarnya.
Adapun
ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
a. Menunjukan
nilai yang rendah atau di bawah rata-rata kelas dibandingkan dengan kelompoknya
b. Tidak
seimbang usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh
c. Lambat
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
d. Hasil
belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki
e. Menunujukan
gejala tingkah laku yang berlebihan atau menunjukan tingkah laku yang
menyimpang.
f.
Menunjukan
gejala emosional yang berlebihan
Kesulitan belajar itu dapat kita
deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat
mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini
dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut:
a) Cepat
lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya);
b) ketekunan
atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa,
sakit, izin);
c) partisipasi
dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok
(bagan partisipasi);
d) kemampuan
kerjasama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau menyenangi orang lain
secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya.
1. Penggunaan
Catatan waktu belajar Efektif
Dalam lembaga pendidikan tertentu,
untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan pencatatan
berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah
soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes
kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran
tertentu(40-50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan
perhitungan hari/minggu tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat
menggambarkan siapa siswa yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan siswa
yang tepat waktu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi siswa itu secara
berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
2. Penggunaan
Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidak hadiran (Absensi)
Frekuensi dari absensi inipun sangatlah
berharga untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan
membuat rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita dengan
mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi
frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya.
3. Penggunaan
Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)
Dalam bidang tertentu ada yang sangat
mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi
sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini merupakan
catatan partisifasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui siswa
mana yang aktif di kelas, dan mana yag pasif.
4. Penggunaan
Catatan dan Bagan Sosio metri
Dalam bidang tertentu juga kadang
dibutuhkan kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam kerjasama ini dibutuhkan
suatu kondisi saling menerima, saling
percaya, saling menyenangi di antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui
mana siswa yang memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih,
mana siswa yan disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan
ini maka kita dapat menjadikan siswa yang terisolasi ini sebagai siswa yang
patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.
2.2Lokalisasi
Jenis dan Sifat Kesulitan Belajar
Pada langkah pertama
sifatnya adalah umum, karena hanya mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Sedangkan langkah ke dua adalah melokalisasi letak kesulitan belajar,
maksudnya adalah menentukan kesulitan dalam mata pelajaran, pokok bahasan dan
sub pokok bahasan mana yang tidak mengerti oleh siswa.
Setelah kita menemukan
kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka
pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran
(bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar
(aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang
lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan
belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak
kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut:
a.
Mendekati
kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara
membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang
studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua
mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.
b.
Mendeteksi
pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran
dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa
terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada
bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
c.
Analisis
terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah
analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses
belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai
catatan umum, kedua langkah pokok 2.a. dan 2.b. di atas itu dalam pelaksaannya
dapat ditempuh dengan beberapa strategi pendekatan, antara lain
1. Dalam konteks sistem instuksional yang
konvensional, Pelaksanaan
pengumpulan informasi dalam rangka
mengidentifiksi kasus dan permasalahan ini dapat di tempuh dua cara:
·
Diintegrasikan
dengan kegiatan instruksional, khususnya dalam pelaksanaan evaluasi reflektif,
formatif, dan sumatif, atau dengan design pre-post-test yang kesemuanya dapat
dikaitkan dengan tujuan-tujuandan fungsi-fungsi diagnsotik;
·
Dilakukan
secara khusus
2. Dalam
konteks sistem instruksional yang inovatif, sebenarnya pekerjaan
diagnostik ini sudah merupakan hal yang inheren dengan sistem dan program
instruksionalnya sendiri, misalnya :
·
Dalam
sistem pengajaran berprograma (programmed instruction), khususnya yang
menggunakan mesin belajar mengajar (teaching machine) atau sistem pengajaran
berbantuan komputer ( CIA, computer assisted intruction, pada hakekatnya
sepanjang proses belajar merupakan suatu rangkaian diagnotik remedial, dimana
kalau siswa salah memilih satu alternatif jawaban (tombol mesin) maka secara
otomatis akan memperoleh response (pemberitahuan) salah benarnya performance
belajar siswa; kalau jawaban itu benar dapat lanjutkan dengan program
berikutnya, tetapi kalau jawabannya salah atau keliru ia harus segera
memperbaikinya;
·
Begitu
pula dalam sistem pengajaran modul (modular intruksional syistem) dimana unit
demi unit atau modul demi modul hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya
setelah mendapat umpan balik (feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu
telah tuntas (mastery) barulah dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau
ternyata terdapat beberapa kesalahan atau program remedial sebagai koreksi
terhadap program aslinya sebelum diperkenalkan melanjutkannya, atau alternatif
lain diberikan program pengayaan (enrichment program).
2.3Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Pada
garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
a. Faktor
internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal
ini antara lain disebabkan oleh :
·
Kelemahan
mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu
yan dapat diketahui melalui test tertentu.
·
Kelemahan
fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
·
Gangguan,
yang bersifat emosional
·
Sikap
dan kebiasaan yang salah dalam
mempelajari bahan pelajaran bahan
pelajaran tertentu.
·
Belum
memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
b. Faktor
eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya
hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
·
Situasi
atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif
antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif
learning”)
·
Sifat
kurikulum yang kuran fleksibel.
·
Ketidak
seragaman pola dan standar administrasi.
·
Beban
belajar yang terlampau berat.
·
Metode
mengajar yang kurang memadai.
·
Sering
pindah sekolah.
·
Kurangnya
alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
·
Situasi
rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
Untuk
mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik
yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang
tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain:
·
Test
kecerdasan
·
Test
bakat khusus
·
Skala
sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
·
Inventory
·
Wawancara
dengan siswa yang bersangkutan.
·
Mengadakan
observasi yang intensif baik dalam
maupun di luar kelas
·
Wawancara
dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila
dipandang perlu.
2.4Prognosis
Prognosis
menunjuk pada aktifitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:
·
Bentuk treatmen yang harus diberikan
·
Bahan atau materi yang diperlukan
·
Metode yang akan digunakan
·
Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
·
Waktu kegiatan dilaksanakan
Pada
langkah ini perlu menyusun suatu rencana
atau alternatif-alternatif rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu
peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini
hendaknya berisi :
a. Cara-cara
yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b. Menjaga
agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada
baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak
yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian
bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua,
pembimbing penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat
diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan
yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana
ini harus berisi tentang:
a. Jadwal
kegiatan pemberian bantuan.
b. Cara
bantuan diberikan.
c. Tempat.
d. Petugas
yang akan memberikan bantuan.
e. Tindak
lanjut bantuan.
2.5Remedial
Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus) yaitu
Jika
jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau
guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau
guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
Pembelajaran remedial (Remedial Teaching) merupakan
layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih
dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas
No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem
belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual
peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu
maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi
peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta
didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai
tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah
mendapatkan program pembelajaran remedial
2.6Evaluasi
dan Tindak Lanjut
a.
Evaluasi
·
Siswa
: setelah diberikan pengajaran perbaikan dan informasi tentang bagaimana
belajar yang baik, anak mulai memperhatikan pelajaran yang diajarkan dan mulai
mengerjakan tugas dengan benar.
·
Orang
tua : orang tua mulai mengubah sikap pada anaknya lebih mengontrol dan
memperhatikan anaknya terutama dalam belajar.
·
Guru
kelas : guru kelas lebih memperhatikan siswa dalam belajar dengan memberikan
penjelasan ketempat duduk siswa ketika siswa tidak mengerti dengan materi yang
dijelaskan.
b. Tindak lanjut
Kegiatan
tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,
cara ini dapat berupa :
1. melaksanakan
bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang
menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau
pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh
motivasi.
2. membagi
tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada
siswa.
3. Senantiasa
mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka
terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna
program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan
improvisasi.
4. Mentransfer
atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat
ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater,
lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan
lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
Tindak
lanjut bisa berupa :
·
Kepada
siswa : memberikan penguatan positif berupa semangat dan dukungan
terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
·
Kepada
Orangtua : orang tua sudah lebih memperhatikan kebutuhan belajar anaknya,
seperti menyuruh anak belajar dengan teratur setiap hari dan lebih memberikan
motivasi kepada anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
·
Kepada
wali kelas : wali kelas diharapkan lebih memperhatikan kedua siswanya ini dalam
belajar sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini
dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar siswa, sehingga segala
bentuk kesulitan belajar pada siswa dapat terentaskan dengan baik dan kegiatan
belajar mengajar menjadi lancar dan dapat lebih baik lagi dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.
Berdasarkan
apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar
merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang
memerlukan waktu dan tenaga. Oleh karena itu diagnosis kesulitan
belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja lembaga pendidikan.
Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar siswa
dapat dicegah dan diatasi.
3.2
Saran
Melaui
penulisan makalah ini dapat diperoleh manfaat bahwa sebagai seorang calon guru,
tidak hanya mengetahui kesulitan belajar siswa tersebut sehingga guru
dapat memahami pula bagaimana sesungguhnya kesulitan belajar pada siswa
yang bersangkutan sedetil mungkin yang menyebabkan siswa menjadi
kesulitan dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful
Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar,
ed.II. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus
Retnanto.2013. Mengenal Kesulitan Belajar Anak. Yogyakarta: STAIN Kudus-Idea
Press.
Wood, Derek, dkk . 2007. Kiat Mengatasi Gangguan
Belajar. Yogyakarta : Katahati.
Yusuf, Munawir, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak
dengan Problema Belajar. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Abdurrahman mulyono, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Jakarta :Rineka Cipta.
Entang, 1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.