BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era informasi, kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran
informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu. Oleh karena
itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan media, termasuk teknologi
informasi dan komunikasi untuk semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegaranya
untuk untuk membangun dan membudayakan masyarakat berbasis pengetahuan agar
dapat bersaing dalam era global.
Dunia berkembang begitu pesatnya di dalam
berbagai bidang kehidupan. Begitupun dalam dunia industri dan sektor usaha yang
berkembang berkat penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian
kompleksnya masyarakat modern, masalah - masalah manusia dalam sistem ekonomi dan
produsi yang semakin penting khususnya menyangkut pembinaan staf manajer tenaga
karyawan ataupun buruh.
Dengan adanya perkembangan dalam hal tersebut khususnya
perkembangan dalam dunia niaga, bisnis, industri akan memberikan dampak
terhadap kondisi social atau pun mental dari masyarakat yang selaku pelaku
dalam dunia industri.
Salah satu contoh dalam hal ini adalah
perusahaan, Perusahaan
merupakan suatu organisasi yang mempunyai strategi besar dalam mengatur
orang-orang dalam bekerja sama. Organisasi menimbulkan hubungan yang dapat
diperkirakan diantara orang-orang, teknologi, pekerjaan, dan sumber daya.
Apabila orang-orang bergabung melakukan upaya bersama, maka harus ada
organisasi untuk memperoleh hasil yang produktif.
Perusahaan di Indonesia berdasarkan
kepemilikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perusahaan milik Negara dan
perusahaan milik swasta. Semua perusahaan melakukan proses produksi sehingga
menghasilkan barang atau jasa. Untuk melakukan proses, perusahaan atau industri
membutuhkan yang namanya karyawan. Karyawan merupakan orang yang bekerja di
perusahaan atau organisasi. Biasanya setiap organisai suka membayangkan bahwa
para pegawainya merupakan peduan kelompok sebagai “satu keluarga besar yang
bahagia.” Para pegawai merupakan satu keluarga sejauh mereka loyal kepada
organisasi dan meyakini tujuannya. Sebaliknya, Para pegawai pada kebanyakan
organisasi juga terpilah-pilah menjadi berbagai jenis subkelompok yang berbeda.
Dalam menjalani kehidupan industri,
tidak jarang para karyawan mengalami yang namanya stress. Hal ini bisa
diakibatkan beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, kualitas
penyelia yang jelek, iklim politik yang tidak aman, wewenang yang tidak memadai
untuk melaksanakan tanggung jawab, konflik, frustasi dan masih banyak
kesenjangan yang lain yang terjadi.
Banyak hal yang tentunya akan dialami oleh
pimpinan atau manejer, karyawan ataupun buruh saat bekerja di suatu industry
sehingga membutuhkan konselor sebagai tenaga yang membantu mereka dalam
berprestasi dalam bekerja. Karena prestasi kerja bergantung pada suasana hati
pribadi dan kondisi fisik serta lingkungan kerjanya.
Bimbingan dan Konseling sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), dilaksanakan melalui berbagai
macam layanan. Layanan tersebut saat ini, pada saat jaman semakin berkembang,
tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga bisa
dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada. Tujuannya adalah
tetap memberikan bimbingan dan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik,
interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap memperhatikan
azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling.
Seperti kita ketahui bahwa saat ini
bimbingan konseling belum dikatakan materi, sehingga tidak semua sekolah di
Indonesia memberikan jam yang cukup untuk materi bimbingan konseing ini, karena
berbagai alasan. Dengan demikian apakah dengan tidak tersedianya waktu yang
cukup peran guru bimbingan konseling akan berhasil? Siapapun pasti akan
menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak cukup atau
tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa yang disampaikan
bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan teknologi informasi bisa
menjawab kekurangan waktu tersebut. Aplikasi teknologi informasi dalam
bimbingan konseling adalah memberikan informasi kepada klien tentang apa yang
dibutuhkannya. Selain itu, sarana yang diberikan oleh teknologi informasi itu
sendiri, memungkinkan antar pribadi atau
kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok lainnya dapat bertukar pikiran.
Teknologi informasi pun dapat meningkatkan kinerja dan memungnkinkan berbagai
kegiatan untuk dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja konselor itu sendiri.
Semenjak jejaring sosial menjadi bagian
dari gaya hidup baru, dan internet menjadi medium komunikasi efektif dan
efisien bagi para mahasiswa dan dosen yang telah menjadi bagian dari digital
native. Hubungan dalam bingkai akademis dan ke-BK-an yang sebelumnya
terbangun secara tatap-muka, juga telah terbawa hingga ke dunia maya. Facebook,
instant messanger (IM), email menjadi media yang cukup bisa diandalkan bagi
mahasiswa untuk melakukan konsultasi psikologis dengan dosen yang juga
konselor-nya. Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan dalam suatu media dan
sistem yang dibangun secara sengaja. Sehingga kegiatan tersebut, seolah-olah
hanya kegiatan “curhat” rutin sehari-hari mahasiswa secara virtual, tanpa
bingkai aspek etika yang mencerminkan profesionalitas konselor maupun aspek
akademis yang membangun budaya ilmiah akademis yang baik.
Salah satu alternatif pemecahan masalah
tersebut adalah dengan mengembangakan suatu media yang dapat mewadahi layanan
konseling secara profesional melalui internet yang sesuai dengan kaidah etika
profesionalitas kerja konselor. Media layanan konseling melalui internet
merupakan suatu media yang secara khusus di desain untuk memenuhi kebutuhan
layanan konsultasi psikologis bagi mahasiswa secara online. Media ini
juga memberikan kemudahan bagi konselor dalam pengarsipan data dan menyimpan
seluruh rekaman konseling. Data-data tersebut dapat mendorong dilakukannya
berbagai penelitian ilmiah dalam bidang konseling dalam koridor yang pantas
secara etika, sehingga melalui media ini juga konselor dituntut untuk bekerja
dalam bingkai profesionalitas pada kerangka etika layanan konseling melalui
internet
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1.
Apakah Pengertian Bimbingan dan Konseling
Industri?
2.
Bagaimana
Ruang lingkup bimbingan dan konseling industri?
3.
Apa
saja Peran dan fungsi media dalam bimbingan industri?
4.
Bagaimana
Bentuk-bentuk media bimbingan industri?
5.
Apakah
Peran BK Dalam Layanan Media?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan
masalah diatas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
Pengertian Bimbingan dan Konseling Industri.
2.
Mengetahui
Ruang lingkup bimbingan dan konseling industri.
3.
Mengetahui
apa saja Peran dan fungsi media dalam bimbingan industri.
4.
Mengetahui
bagaimana Bentuk-bentuk media bimbingan industri.
5.
Mengetahui
Peran BK Dalam Layanan Media.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Bimbingan dan Konseling Industri
a. Pengertian
bimbingan dan konseling industri
Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing
tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya dengan memanfaatkan kemampuan
individu dan sarana ynag ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan, Konseling dan Industri
digabungkan maka, dapat diartikan sebagai ilmu terapan atau dasar yang menalaah
dan menangani masalah perilaku manusia yang timbul dalam proses produksi,
distribusi dan konsumsi barang dan jasa.
b. Tujuan
bimbingan dan konseling industri
Cooper (1995) membagi alasan pemilik
perusahaan mengadakan konseling di organisasi menjadi 3 kategori, yakni:
1.
Sebagai
fasilitas pelayanan kesejahteraan
2.
Sebagai
sarana untuk menolong klien menghadapi perubahan situasi kerja
3.
Sebagai
alat untuk mengatasi stress
c. Manfaat
bimbingan dan konseling industry
Manfaat adanya bimbingan dan konseling
industri sangat diperlukan, seperti: dapat meningkatkan efisiensi, motivasi dan
kepuasan para pekerja. Selain itu, dapat juga bermanfaat untuk meneliti dan
menganalisis perilaku manusia sebagai konsumen.
d. Fungsi Bimbingan dan Konseling Industri
Ada beberapa fungsi dari bimbingan dan konseling
industri, di antaranya yaitu:
1.
Mempelajari perilaku manusia di dalam lingkungan kerja
khususnya dalam pelaksanaan tugas pekerjaannya
2.
Mempelajari interaksi (hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi) dengan pekerjaan, lingkungan fisik dan dengan lingkungan
sosialnya di tempat kerja.
3.
Mempelajari produk dan jasa mana yang bermanfaat bagi
konsumen serta bagaimana menyadarkan konsumen akan kemanfaatan produk dan jasa
tersebut
4.
Mempelajari perilaku konsumen dalam kaitan kebiasaan
membeli dan dalam proses pengambilan keputusan.
2.2Ruang
Lingkup Bimbingan dan Konseling Industri
Pekerjaan
merupakan pernyataan diri manusia sebagai subjek yang harus berkembang dan
menemukan diri. Kerja merupakan wadah aktualisasi diri dari orang dewasa, yang
mempunyai dunia dengan dua warna dominan, yakni cinta dan pekerjaan (to love
and to work, Lieben und Arbeiten). Dalam pada itu masalah merupakan hal yang
akrab dalam proses perkembangan diri, termasuk pula dalam lingkup kerja.
Kondisi
kerja masyarakat modern yang dirasakan makin memberikan stress menimbulkan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan mental untuk menanganinya. Diperlukan
perhatian terhadap kesejahteraan fisik dan mental karyawan, yang pada akhirnya
akan mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi dan perolehan profit yang
lebih besar bagi perusahaan, sekaligus sebagai wujud tanggung jawab perusahaan
secara hukum dan etika. Bagi karyawan sendiri tercapainya kesejahteraan fisik
dan mental merupakan salah satu hal yang diinginkan dalam hidupnya. Maka jasa
konseling merupakan salah satu penawaran sebagai tindakan pencegahan atau
antisipasi resiko dari stress kerja.
Menurut
Prayitno (1997) ruang lingkup kerja konselor di dunia usaha dan industri
meliputi lima bidang pelayanan, yaitu:
1.
Penempatan Kerja
Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para pencari kerja dengan
menyediakan berbagai informasi tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, serta
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik penempatan kerja lainnya. Dari pihak
lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu perusahaan memperolah tenaga
kerja yang cocok dengan keperluan dengan keperluan perusahaan sesuai dengan
jenis, strata, dan struktur pekerjaan yang ada di perusahaan itu. Dipandang
dari pihak pencari kerja dan pengusaha, konselor berusaha membangun suasana the
right man on the right place, menempatkan pekerja secara tepat sesuai
dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang keahliannya. Layanan
penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pekerja yang menempati posisi
baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.
2.
Penyesuaian Kerja
Kepada para pekerja pemula
konselor memberikan layanan orientasi. Para pemula itu perlu mendapat persepsi
yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang kerja
yang baru dijabat itu. Tema utama bidang pelayanan ini adalah Penyesuaian
diri secara tepat dan cepat terhadap tuntutan kinerja di tempat yang
baru. Penyesuaian yang seperti ini akan memberikan jaminan awal tentang
keberhasilan kerja para pemula itu.
3.
Kepuasan Kerja
Keadaan yang diharapkan adalah
para pekerja merasa senang bekerja, merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang
ada. Kondisi ini akan mengantarkan para pekerja itu bertugas lebih lanjut
dengan semangat yang cukup tinggi bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidak puasan
yang menimpa para pekerja dan pemula, perlu diberikan bantuan layanan konseling
untuk mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan mereka
itu.
4. Kepindahan
Kerja
Kepindahan para pekerja tidak
hanya di latar belakangi oleh faktor ketidak puasan dengan pekerjaan yang lama,
ada kemungkinan mereka ingin pindah karena ingin memperolah pengalaman baru
atau alasan-alasan lainnya. Apapun alasannya, proses pemindahan kerja itu
sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk penempatan maupun
penyesuaian.
5 . Pengentasan
Masalah Lainnya
Masalah-masalah pribadi berkenaan
denga keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hoby dan waktu
senggang, hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya merupakan obyek
penggarapan konseling. Apabila masalah-masalah ini dibiarkan membesar, sedikt
banyaknya akan mempengaruhi hubungan kerja dan kinerja pekerja yang
bersangkutan dengan perusahaannya. Sebaliknya apabila masalah-masalah pribadi
tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya terhadap hubungan kerja
dan kinerja pekerja yang dimaksud akan dapat dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan.
2.3Peran
dan Fungsi Media dalam Bimbingan Industri
Media dalam bimbingan dan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi
perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan berbagai
kegiatan BK, khususnya bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok. Namun dalam
perkembangannya media BK tidak sebatas untuk perantara atau pengantar ketika
guru BK (konselor) melaksanakan berbagai kegiatan bimbingan dan konseling,
tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan program BK.
Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media
dalam layanan bimbingan dan konseling harus melihat kepada tujuan
penggunaannya dan memiliki nilai dalam mengoptimalkan layanan yang
diberikan kepada konseli. Oleh karena itu dengan penggunaan media dalam
layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
layanan bimbingan dan konseling.
Adapun Fungsi media bimbingan dalam
industri menurut (sutarto) john miner 1992 yakni;
a.
Mempelajari
perilaku manusia di dalam lingkungan kerja khususnya dalam pelaksanaan tugas
pekerjaannya.
b.
Mempelajari
interaksi ( hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi) dengan pekerjaan,
lingkungan fisik dan degan lingkungan sosialnya di tempt kerja.
c.
Mempelajari
produk dan jasa yang bermanfaat bgi konsumen serta bagaimana menyadarkan
konsmen akan kemanfaatan produk dan jasa
tersebut.
d.
Mempelajari
perilaku konsumen dalam kaitan kebiasaan membeli dalam proses pengambilan
keputusan.
e.
Adapun
Fungsi media bimbingan dalam industri menurut (sutarto) john miner 1992 yakni;
f.
Terlibat
dalam proses input : melakukan rekrutmen, seleksi, dan penempatan karyawan.
g.
Berfungsi
sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada produktivitas : melakukan
pelatihan dan pengembagan, menciptakan manejemen keamanan kerja dan
teknik-teknik pengawasan kinerja, meningkatkan motivasi dan moral kerja
karyawan, menentukan sikap-sikap kerja yang baik dan mendorong munculnya
kreativitas karyawan.
h.
Berfungsi
sebagai fasilitator dalam hal yang beorientasi pada pemeliharaan : melakukan
hubungan industrial (pengusaha-buruh-pemerintah), memastikan komunikasi
internal perusahan berlangsung dengan baik, ikut terlibat secara aktif
dalam pentuan gaji pegawai dan
bertanggung jawab atas dampak yang di timbulknya, pelayanan berupa bimbingan
konseling dan terapi bagi karyawan-karyawan yang mengalami masalah-masalah
psikologis.
i.
Terlibat
dalam proses output: melakukan penilaian kinerja, mengukur produktivitas
perusahan, mengevaluasi jabatan dan kinerja karyawan.
2.4Bentuk-Bentuk
Media Bimbingan Industri.
Dalam
pelaksanaan konseling di industry tipe – tipe yang dipakai dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh karyawan terdapat beberapa tipe yaitu:
1.
Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengarkan
masalah emosional individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dia
lakukan, dan memberitahu serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut.
Directive Counseling sebagian besar menggunakan fungsi konseling advice
(nasihat) juga reassurance, communication, memberikan emotional release dan
sedikit clarified thinking
2.
Non-directive Counseling
Non-directive counseling atau client-centered
counseling adalah proses mendengarkan karyawan sepenuhnya dan mendorongnya
untuk menjelaskan masalah emosionalnya, memahami masalah tersebut dan
menentukan tindakan-tindakan yang akan diberikan. Tipe konseling ini
memfokuskan perhatian pada karyawan, konselor tidak bertindak sebagai penilai
atau penasihat makanya disebut client-centered.
3.
Cooperative counseling
Tidak seluruhnya client-centered counseling atau
counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama saling menguntungkan antara
konselor dan karyawan untuk menerapkan perbedaan pandangan pengetahuan dan
nilai terhadap masalah. Hal ini ditetapkan sebagai diskusi yang saling
menguntungkan tentang masalah emosional karyawan dan usaha kerja sama untuk
membangun kondisi yang akan memulihkan karyawan.
Media
layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan atau
informasi dari pembimbing kepada klien atau individu yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga individu akan mengalami
perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik. Adapun
bentuk-bentuk media bimbingan industri yaitu:
·
media
grafis, seperti:
a. Gambar/foto f. Kartun
b. Sketsa g. Poster
c. Diagram h. Peta dan globe
d. Bagan (chart) i. Papan
flannel (Flannel Board)
e. Grafik
(graphs) j. Papan buletin (Buletin Board)
·
Media
audio, yaitu yang berkaitan dengan indera pendengaran. Jenisnya;
a.
Radio
b.
Alat
perekam pita magnetic
c.
Laboratorium
bimbingan dan konseling
·
Media
Proyeksi Diam
Media
proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media
grafis dalam menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Media jenis ini disertai
rekaman radio, tapi ada pula yang hanya visual. Jenis-jenis media proyektif,
antara lain:
a.
Film
bingkai
b.
Film
rangkai
c.
Media
transparasi
d.
Proyektor
Tak Tembus Pandang (Opaqus Projector)
e.
Mikrofis
f.
Film
g.
Film
Gelang
h.
Televisi
2.5Peran
Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Media
Peran BK dalam media menurut
Sutarto(cooper; 1995) yaitu sebagai berikut;
a. Sebagai
fasilitas pelayanan kesejahteraan
b. Sebagai
sarana untuk menolong klien menghadapi perubahan situasi kerja
c. Sebagai
sarana untuk mengatasi stress
Dapat di mengerti bahwa konseling di
perusahan itu di perlukan. Mengingat bahwa ¼ dari waktu hidup kita di habiskan
di tempat kerja, identitas pribadi seringkali di hubungkan dengan kerja, dan
adanya keterkaitan antara kehidupan pribadi dan profesional. Hal yang penting
dalam konseling perusahan yaitu memberikan kebebasan dan keluwesan sesuai
dengan kebutuhan dan tuntunan masing-masing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan,
Konseling dan Industri digabungkan maka, dapat diartikan sebagai ilmu terapan
atau dasar yang menalaah dan menangani masalah perilaku manusia yang timbul
dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa.
Media bimbingan dan
konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan layanan dan isi
layanan. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam layanan
bimbingan dan konseling harus melihat kepada tujuan penggunaannya dan
memiliki nilai dalam mengoptimalkan layanan yang diberikan kepada
konseli. Oleh karena itu dengan penggunaan media dalam layanan bimbingan
dan konseling berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses layanan bimbingan
dan konseling.
Penggunakan
media sosial sebagai media Bimbingan dan Konseling sangat membantu guru dalam penyampaian
layanan kepada siswa sehingga tidak terbatasi oleh ruang da waktu. Siswa
menjadi lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti layanan BK karena dengan media
sosial tidak lagi mengacu pada guru sebagai pusat mediator.
3.2 Saran
Kami
sebagai penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan kami. Kepada pembaca
yang menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang diharapkan dapat menjaga
dengan sebaik-baiknya. sebagai penyusun kami berharap makalah ini dapat
diterima dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Wijono,
Sutarto. 2010. Psikologi Industri Dan
Organisasi. Jakarta. Kharisma Putra Utama
Wisnawati,
dewi. 2013. Pentingnya mempelajari media.
[Online] [Tersedia] http://dewiwisnawati.weebly.com/pentingnya-mempelajari-media-bk.html
[di akses 30
September 2016]
https://sheismariyati.blogspot.co.id/2016/12/resume-media-layanan-bimbingan-dan.html (Diakses 05
Oktober 2017)
Kartini,
Kartono, 2002, psikologi social untuk manajemen, perusahaan dan industry,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Dewa
Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan daan Konseling di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
Ino,
Yuwono, 2005. Psikologi Industri dan Organisasi, Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
http://boharudin.blogspot.co.id/2011/10/desain-praktek-konseling-industri.html (Diakses 05
Oktober 2017)
http://eliantibk012.blogspot.co.id/2014/12/materi-bk-indusrti.html(Diakses 05
Oktober 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar