KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia - Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bimbingan
Dan Konseling Untuk Kesulitan Belajar”.
Makalah yang
ditulis penulis ini berbicara mengenai bimbingan konseling belajar serta
kedudukannya dalam proses belajar mengajar dan penanggulangan kesulitan belajar
dengan bimbingan konseling belajar. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari
beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari
beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima
kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat
ini.
Penulis juga
menyadari bahwa makalah yang ditulis penulis ini masih banyak kekurangan.
Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik
yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Kendari, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bimbingan dan Konseling Belajar
2.2
Kedudukan Bimbingan dan Konseling Belajar dalam PBM
2.3
Kesulitan Belajar Perspektif Bimbingan
dan Konseling
2.4 Penanggulangan Kesulitan Belajar dengan BK
Belajar
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang Masalah
Bimbingan dan Konseling
sebagai sejatinya merupakan suatu kesatuan integral antara pengembangan diri,
dukungan terhadap krisis, psikoterapis dan upaya pemecahan masalah individu. Begitupula halnya cakupannya dalam hal masalah pada
tingkat peserta didik di lembaga pendidikan dasar. Pada banyak kasus ditemukan
kesenjangan maupun hal yang dianggap tidak sejalan sejalan dengan harapan
maupun proses pendidikan yang dilaksanakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan “ gejala belajar”, dalam
arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kita belajar terlebih dahulu.
Misalnya, kita mengenakan pakaian kita makan dengan menggunakan alat-alat
makan, kita berkomunikasi dengan satu sama lain dalam bahasa nasional, kita
bertindak sopan, kita menghormati bendera sang merah putih, kita mengemudika
kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu
terlalu banyak disebutkan satu per satu karena jumlanya ribuan namun mengisi
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu kita perlu tahu apa itu belajar, hakikat
belajar dan ciri-ciri khasnya.
Seorang peserta didik dapat
mencapai/memperoleh prestasi maksimal dengan bakat intelegensi dan usaha yang
dilakukannya, serta faktor pendukung lainnya seperti dukungan orang tua,
sarana, kondisi sosial masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Namun demikian,
terdapat pula peserta didik yang cenderung berada dibawah rata-rata, baik dalam
hal prestasi belajar maupun dalam aktivitas belajar itu sendiri. Rendahnya
pencapaian siswa yang berada dibawah rata-rata tersebut patut untuk dilihat
masalahnya serta faktor penyebabnya. Karena tidak jarang ditemui peserta didik
yang memiliki bakat intelegensi tinggi, serta memperoleh dukungan dari luar yang
baik, namun secara prestasi dan kemampuan belajarnya kurang. Hal inilah yang
harus dikaji secara teliti.
Salah satu masalah yang
dihadapi oleh peserta didik dalam proses belajar pada lingkup pendidikan
diantaranya ialah masalah “Kesulitan Belajar”. Kesulitan belajar dapat terjadi
pada siapapun, kapanpun dan pada jenjang manapun. Kesulitan belajar dapat
berasal dari kemampuan intelegensi peserta didik maupun dari luar peserta didik
(orangtua, lingkungan sekitar, dll).
Pada lembaga banyak sekolah
khususnya yang belum memiliki kegiatan/program layanan dan bantuan konseling,
masalah kesulitan belajar menjadi hal yang berlalu begitu saja. Bahkan kerap
ditemui adanya anggapan miring bagi peserta didik yang berprestasi rendah
sebagai anak yang “bodoh” . dalam kasus lain yang mungkin sekolahnya memiliki
layanan dan bantuan konseling pun belum tentu dapat mengatasi masalah kesulitan
belajar peserta didik. Selain pada lembaga sekolah, masalah juga datang dari
Orangtua yang ber-ekspektasi terlalu tinggi, sehingga memberikan pressure yang
ketat pada anak, tanpa mengetahui persoalan psikis yang mungkin dialami oleh
peserta didik.
Hal lain yang harus
dicermati ialah bahwa perbedaan jenjang pendidikan juga menentukan metode,
pendekatan dan tehnik yang digunakan dalam penanganan masalah. Posisi
konselor pada jenjang pendidikan. Keprihatinan terhadap kondisi tersebut
mendorong untuk dilakukannya kajian secara intensif terkait dengan “Kesulitan
Belajar”.
Dalam tulisan ini akan
diulas kembali kesulitan belajar dengan seting lembaga pendidikan. Hal ini
menjadi sudut kajian yang berbeda karena sejatinya sekolah merupakan
terminologi yang digunakan untuk lembaga Pendidikan.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1.
Apa
yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling belajar?
2.
Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling belajar
dalam proses belajar mengajar?
3.
Bagaimana kesulitan belajar perspektif bimbingan dan
konseling?
4.
Bagaimana penanggulangan kesulitan belajar dengan bimbingan
dan konseling belajar?
1.3Tujuan
Dari rumusan
masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu BK Belajar.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kedudukan BK Belajar
dalam proses belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui perspektif BK terhadap kesulitan
belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan
kesulitan belajar dengan bimbingan dan konseling belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
1. Bimbingan
dan Konseling Belajar
Bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah
mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami
dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal
untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan
lingkugannya ( Shertzer and Stone 1971:40)
Konseling merupakan serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli / klien
secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung
jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka masalah yang
dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.( Menurut Winkell (2005 : 34))
Konseling
adalah pertalian timbal balik antara dua orang atau lebih dimana satu orang
sebagai pihak yang membantu dengan yang lain sebagai konseli, supaya ia dapat
memahami dirinya dan hubungannya dengan masalah yang dihadapinya pada waktu
sekarang atau yang akan datang.
Belajar adalah suatu aktivitas mental /
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilakn perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
dan sikap-sikap (menurut Winkell).
Belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konsta dan berbekas.
Setelah ditarik kesimpulan maka
pengertian bimbingan dan konseling belajar adalah bimbingan yang tujuannya
untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah belajar.
2. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau dapat juga
dikatakan sebagai Gangguan Belajar Defisiensi pada kemampuan belajar spesifik
dalam konteks intelegensi normal dan adanya kesempatan untuk belajar. Kesulitan
belajar dapat berarti bahwa telah terjadi suatu kondisi dimana anak didik tidak
dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun
gangguan dalam belajar. Definisi lainnya adalah bahwa kesulitan belajar
merupakan situasi dimana murid/peserta didik merasakan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya .
Pada
umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlikan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. “Kesulitan
belajar” dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan-hambatan tersebut dapat disadari dan tidak disadari oleh siswa yang
bersangkutan. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis maupun
fisiologis dalam keseluruhan proses belajar.
Kesulitan
belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Kesulitan
tersebut dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di sekolah,
pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga atau bahkan dalam hubungan
persahabatan dan bermain. Siswa dengan kesulitan belajarnya tentunya akan
sangat mengganggu ia dalam mencapai prestasi belajar. Kesulitan belajar
merupakan kelainan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
belajar. Cakupan pengertian anak berkesulitan belajar yaitu anak yang secara
signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak
mampu mengembangkan potensinya secara optimal, prestasi belajar yang
dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan
khusus untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Anak berkesulitan belajar secara nyata mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umumbaik disebabkan oleh adanya
disfungsi neurologis, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga
prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.
2.2
Kedudukan BK Belajar dalam PBM
Ketidak berhasilan dalam
proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan
kepada hanya pada satu faktor akan tetapi kepada banyak faktor yang terlibat
dalam proses belajar mengajar.
Faktor yang dapat kita
persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan
kegiatan yang terlibat dalam proses. Yang penting dalam kegiatan
proses diagnosis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan
yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang
dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
Bila telah ditemukan bahwa sejumlah
siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan yang telah
ditetapkan,kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada :
a. Bakat yang dimiliki siswa
yang berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
b. Ketekunan dan tingkat usaha
yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang dipelajarinya.
c. Waktu yang tersedia untuk
menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat siswa yang sifanya
individual dan usaha yang dilakukannya
d. Kualitas pengajaran yang
tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik
individu.
e. Kemampuan siswa untuk
memahami tugas-tugas belajarnya.
f.
Tingkat
dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya
apa cukup dengan mengulang dengan cara yang sama mengambil alternatif kegiatan lain
melalui pengajaran remedial.
Jelaslah sudah kedudukan diagnosis
adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan
cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan belajar.
2.3Kesulitan
Belajar Perspektif Bimbingan dan Konseling
Setelah mengetahui definisi
dari para ahli terkait kesulitan belajar, maka selanjutnya ialah menelaah ruang
lingkup kesulitan belajar dari sudut pandang kajian bimbingan dan konseling.
1. Jenis-jenis
Kesulitan Belajar
Berdasarkan
pada jenisnya kesulitan belajar ini terdiri atas beberapa gangguan yang dialami
oleh peserta didik, dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara gangguan yang
diderita oleh peserta didik sekolah dasar umum maupun yang ada di Madrasah
ibtidaiyah. Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik pada jenjang
madrasah ibtidaiayah ini secara umum berwujud dalam bentuk lemahnya kemampuan
dalam membaca (Disleksia), menulis (Disgrafia) dan menghitung (Diskalkulia).
Sedangkan
dari sisi gejala nya dapat dilihat ketika dilakukannya observasi pada saat
kegiatan pembelajaran dimana peserta didik menunjukan sikap/perilaku, sulit
memerhatikan pelajaran, gugup, cepat lelah, tidak tenang, selalu menggangu
teman, malas, sukar berkomunikasi dan lain-lain. Selain itu terdapat bentuk
lain dari kesulitan belajar yang bisa terlihat pada jenjang peserta didik di
tingkat Madrasah Ibtidaiyah, seperti perilaku menyontek, kejenuhan, rendahnya
motivasi belajar, anak dengan “underachiever” dan anak “Slow Learner”.
2. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kesulitan Belajar
Hal
yang melatar belakangi terjadinya kesulitan belajar ini dapat diklasifikasikan
pada 2 (dua) sumber, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor
Internal
Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, baik itu
yang bersifat bawaan (turunan) maupun hasil interaksi individu dan proses
belajar pribadi individu yang telah melekat didalam pribadinya.
1)
Aspek
kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi
peserta didik
2)
Aspek
afektif (ranah rasa), seperti kondisi emosi dan sikap yang labil/tidak
terkendali.
3)
Aspek
psikomotorik (ranah karsa), seperti rendahnya/terganggu/terbatasnya alat
penginderaan (penglihatan dan pendengaran).
b. Faktor eksternal
Faktor
eksternal sejatinya ialah segala bentuk hambatan yang berasal dari luar diri
peserta didik, diantaranya:
1)
Lingkungan
Keluarga
2)
Lingkungan
Masyarakat
3)
Lingkungan
Sekolah.
Rumusan lainnya memberikan
deskripsi faktor eksternal berupa:
- Kurikulum yang seragam
- Terlalu berat tujuan belajar
- Terlalu banyak murid dalam satu kelas
- Kelemahan dalam kondisi rumah tangga
- Kurang gizi
- Terlalu banyak kegiatan diluar jam sekolah.
3. Identifikasi
Masalah Kesulitan Belajar
Setelah mengetahui faktor
penyebab dari terjadinya kesulitan belajar serta mengetahui gejala yang
terlihat pada peserta didik, maka langkah sistematis yang dapat dilakukan
selajutnya ialah dengan dengan melakukan kegiatan identifikasi terhadap jenis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Cara Pertama, dapat
dilakukan dengan menghimpun informasi terkait peserta didik yang terdiri
atas:
a.
Penetuan
nilai rata-rata prestasi setiap kelas
b.
Penetuan
rata-rata nilai setiap murid
c.
Membandingkan
angka nilai prestasi dari setiap peserta didik dengan angka nilai prestasi
rata-rata.
d.
Menghimpun
data murid yang memiliki nilai dibawah rata-rata.
e.
Jika
hendak melakukan prioritas layanan kepada murid yang diduga mengalami kesulitan
belajar, maka dapat melakukan hal berikut:
·
Selesihkan
angka nilai murid yang mengalami kselutan belajar dengan angka nilai rata-rata
kelas.
·
Menyusun
daftar dengan dimulai dari murid yang memiliki selisih paling besar.
Kedua, yakni dengan
mengenali petunjuk khusus yang ada pada diri peserta didik, berupa:
·
Menunjukan
prestasi belajar yang rendah, berada dibawah rata-rata kelas.
·
Hasil
belajar tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan padahal telah
mengerahkan usaha yang keras.
·
Lamban
dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran.
·
Bersikap
secara tidak wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah
tersinggung, dan lain-lain.
·
Bertingkah
tidak seperti biasanya.
·
Anak
dengan IQ tinggi, namun memperoleh hasil belajar yan kurang maksimal atau
bahkan buruk.
·
Hanya
menunjukan prestasi belajar yang baik pada sebagian mata pelajaran, namun
rendah pada mata pelajaran lainnya.
Ketiga, setelah mengetahui
gejala-gejala yang tampak tersebut maka selanjutnya menuntut dilakukannya
penyeledikan lebih lajut dengan cara:
·
Observasi
·
Interviu
·
Dokumentasi
·
Tes
diagnostic
2.4Penanggulangan
Kesulitan Belajar dengan BK Belajar
Langkah penanggulangan
terhadap masalah kesulitan belajar peserta didik yang telah diketahui secara
pasti sebab/faktor munculnya, teridentifikasi jenis kesulitannya dan telah
cukup informasi terkait peserta didik, maka selanjutnya ialah mengarah pada
langkah Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Diagnosis (pengambilan keputusan),
Prognosis (penyusunan program), treatment, model intervensi dan evaluasi dari
persoalan kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Namun terlebih dahulu
harus diketahui secara jelas tujuan pemberian bantuan dan prinsip pemberian
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
1. Tujuan
pemberian layanan
Hal
pertama yang harus diingat adalah bahwa proses pemberian layanan bimbingan dan
konseling harus memiliki tujuan yang jelas, dimana acuannya adalah bertitik
tolak dari masalah yang dihadapi peserta didik. Tujuan pemberian layanan ini
seyogyanya menjawab persoalan kesulitan belajar. Dalam hal ini konselor
membantu membebaskan peserta didik dari kesulitan belajar sehingga
memungkinkannya untuk dapat belajar dengan baik, mengembangkan potensi diri
(kognitif, afektif & psikomotoriknya), memandirikan serta mencapai tarap
maksimal tari tugas perkembangannya.
2. Prinsip
Layanan
Prinsip-prinsip
dalam pemberian bantuan bagi peserta didik dengan kesulitan belajar seorang
konselor harus mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik, sehingga pemberian bantuan akan bersifat proporsional dan menghindarkan
terjadinya kesalahan dalam pemberian layanan.
3. Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut ini:
·
Kunjungan
Rumah (Meneliti Pekerjaan Anak)
·
Case
Study (Meniliti Tugas Kelompok)
·
Case
History (Melakukan tes (IQ/Prestasi)).
·
Daftar
Pribadi
·
Pengolahan
Data
Daya yang terkumpul
kemudian diolah dengan cara:
·
Identifikasi
kasus
·
Membandingkan
antar kasus
·
Membandingkan
antar hasil tes
·
Menarik
kesimpulan
·
Diagnosis
Diagnosis
disini mengarah pada keputusan tentang penentuan hal ihwal kesulitan belajar,
yakni:
·
Keputusan
tentang tingkat kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
·
Keputusan
tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik.
·
Keputusan
mengenai faktor utama yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang dialami
peserta didik.
Sebagai
bahan pertimbangan bahwa hasil dari diagnosis tersebut sangat mungkin
menunjukan tingkat kesulitan/masalah yang berada diluar jangkauan kemampuan
konselor, oleh karenannya dibutuhkan ahli dibidang ilmu lainnya, seperti
Dokter, Psiklog, Sosiolog, Kesiswaan, dan tentunya orang tua peserta didik.
4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Kegiatan
belajar mengajar dikelas bukanlah hanya sebuah kegiatan transfer ilmu semata,
tapi lebih jauh lagi dalam hal penyiapan dan pembentukan generasi yang lebih kompenten
pada bidang yang pilihnya. Tentunya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
dikelas tidaklah semudah dalam sinetron yang "tiba-tiba" menjadi
pintar tanpa upaya maksimal baik dari guru, siswa , sekolah dan aspek lainnya
yang mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Dibutuhkan dukungan dari semua aspek
yang menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah
dan salah satunya adalah tingkat kemampuan guru dalam menemukan dan melayani
perbedaan individu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
a. Identifikasi
Identifikasi
adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami
kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan
kegiatan berikut:
·
Data
dokumen hasil belajar siswa.
·
Menganalisis
absensi siswa di dalam kelas.
·
Mengadakan
wawancara dengan siswa.
·
Menyebar
angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
·
Tes
untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang
dihadapi.
b.
Diagnosis
Diagnosis
adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
·
Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar siswa
·
Keputusan
mengenai factor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar
·
Keputusan
mengenai jenis mata pelajaran apa yang menjadi kesulitan belajar
Kegiatan
diagnosis dapat dilakukan dengan cara ;
·
Membandingkan
nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai
seluruh individu
·
Membandingkan
prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut
·
Membandingkan
nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
c.
Prognosis
Prognosis menunjuk pada aktifitas penyusunan
rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan
belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:
·
Bentuk
treatmen yang harus diberikan
·
Bahan
atau materi yang diperlukan
·
Metode
yang akan digunakan
·
Alat
bantu belajar mengajar yang diperlukan
·
Waktu
kegiatan dilaksanakan
d.
Terapi
atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada
anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun
pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang diberikan antara lain melalui:
·
Bimbingan
belajar kelompok
·
Bimbingan
belajar individual
·
Pengajaran
remedial
·
Pemberian
bimbingan pribadi
Selain hal di atas, dalam upaya meningkatkan
pelayanan pendidikan terhadap siswa yang masing-masing individunya berbeda,
maka seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.
Menemukan perbedaan individu siswa
Setiap individu siswa berbeda satu dengan
lainnya, hal ini pengaruhi banyak faktor yang membentuk kepribadian setiap
siswa. Perbedaan individu siswa dapat dikelompokan menjadi:
a. Perbedaan vertikal yaitu perbedaan pada segi
fisik setiap individu, misal; tinggi - sedang - pendek, gemuk - sedang - kurus,
sehat - tidak sehat dan lain sebagainya.
b. Perbedaan horizontal yaitu perbedaan pada segi
psikis dan sosial setiap individu, misal; kemampuan, bakat, minat, emosi, hasil
belajar dan lain sebagainya.
c. Perbedaan individu
diatas dipengaruhi oleh faktor keturunan (bakat) dan faktor lingkungan.
Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh guru karena
perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar yang
tepat dalam proses belajar mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari
dan menemukan perbedaan yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang
menonjol.
Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan
terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki
oleh siswa.
2.
Memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari
setiap individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar
setiap individu mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang
dimiliki oleh masing-masing individu siswa.
Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat
akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar kurang/lambat.
Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri
bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan
dilaksanakan.Tetapi hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit dilaksanakan
bagi mereka yang belum terbiasa dalam upaya pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa.
Kesulitan-kesulitan yang paling mudah kita
temukan dalam lingkungan disekitar kita misalnyaterbatasnya waktu yang
disediakan oleh sekolah dalam suatu pertemuan pembelajaran di kelas akan
membuat guru tidak maksimal dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan
perbedaan setiap individu walaupun hal ini sudah direncanakan dalam program
pengajaran yang akan atau sedang dilaksanakan. Jika kesulitan-kesulitan yang
dihadapi ini memang sangat sulit dipecahkan maka guru tidak perlu memaksakan
diri sampai diluar batas kemampuannya. Minimal guru mampu melaksanakan pada
tahap yang dapat dilaksanakannya, misalnya terhadap siswa yang memiliki
kemampuan cepat dalam menyerap materi pelajaran maka guru bisa saja memberinya
materi atau tugas tambahan untuk dikerjakannya diluar sekolah, sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan kurang maka guru dapat memberinya materi yang sesuai
untuknya. Siswa yang memiliki bakat menonjol bisa di beri kesempatan atau
diberi fasilitas untuk mengembangkannya sedangkan siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar maka perlu dibantu agar siswa tersebut dapat mengatasi
kesulitannya. Dan perludikembangkan menurut keadaan dan kemampuan dilingkungan
sekolahnya masing-masing.
3.
Melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama
dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya
memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa yang memiliki tingkat
kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan belajar
siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat
kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya
meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini
biasanya guru BK.
4.
Anjuran menggunakan obat-obatan dan terapi yang
tersedia
Sekarang ini banyak anak yang menderita
gangguan pemusatan perhatian yang merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar
dan mereka memperoleh manfaat dari terapi obat-obatan. Tiga macam obat-obatan
yakni Ritalin (methylphenidate), Dexedrine (dextroamphetamine), dan Cylert
(pemoline), dtelah sokses digunakan. Meskipun demikian obat-obatan ini
merupakan stimulan dengan ketegori yang sama dengah obat diet. Obat-obatan
tersebut dapat meredakan kegelisahan, namun dalam jangka waktu tertentu dapat
meningkatkan kemampuan sang anak untuk memusatkan perhatian. Obat-obatan
tersebut juga dapat membantu mengendalikan dorongan hati yang meledak-ledak
serta perilaku hiperaktif. Tentunya penngunaan obat-obatan tersebut sesuai
dengan dosis atas anjuran dari dokter yang menangani.
Selain obat-obatan yang dianjurkan dokter,
terdapat pula terapi oleh dokter atau spesialis. Beberapa terapi kelihantnnya
terdengar olmiah dan masuk akal, tetapi sebagian diantaranya adalah murni
perdukunan atau penipuan, maka kita harus hati-hati. Berikut adalah terapi yang
tidak terbukti efektif dalam menangani anak-anak penderita lambat belajarbatau
gangguan pemusatan belajar (kesulitan belajar), yaitu megavitamin, lensa
berwarna, diet khusus, diet gula-gula, dan rangsangan atau manipulasi pada
tubuh.
5.
Orang tua turut mengembangkan rasa percaya diri
pada anak dan kemampuan untuk membangun relasi yang sehat dengan orang lain.
6.
Menumbuhkan harapan yang positif pada diri
anak.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Berdasarkan
uraian-uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa kesulitan belajar
pada jenjang pendidikan merupakan masalah personal peserta didik yang menjadi
penghambat dalam proses belajarnya. Adapun faktor penghambatnya terdiri atas
faktor intern dan ekstern. Kesulitan belajar ini dapat terjadi pada peserta
didik manapun, serta memungkin terjadi secara berulang sebagai akibat dari
perubahan situasi yang ada dalam diri individu maupun lingkungannya.
Penanganan
terhadap kesulitan belajar ini akan menjadi mudah apabila unsur-unsur utama
yang ada disekitar peserta didik memahami letak masalah yang dihadapi, unsur
tersebut meliputi orangtua, guru kelas dan konselor. Dan kesadaran yang patut
dibangun bagi lingkup luar peserta didik adalah bahwa kesulitan belajar yang
dihadapi tidak serta merta menjadi penghambat tumbuh kembang seorang peserta
didik, maka usaha penanggulangan menjadi suatu kemutlakan yang harus
dilaksanakan.
Secara
teoritik dan metodologis, jenis layanan yang diberikan berupa layanan bimbingan
dan konseling belajar, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan tehnik
intervensinya dapat berfokus pada wilayah kognitif, behavior, psikis bahkan
medis. Hal tersebut akan membuka wawasan orangtua dan masyarakat bahwa masalah
kesulitan belajar adalah masalah yang dapat diselesaikan melalui berbagi
pendekatan keilmuan, khususnya keilmuan konseling.
3.2
Saran
Kami sebagai
penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan
fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan kami. Kepada pembaca yang
menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang diharapkan dapat menjaga dengan
sebaik-baiknya. sebagai penyusun kami berharap makalah ini dapat diterima
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi,
Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 6.
Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia, Penataan Pendidikan Propesional Konselor Dan
Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (Bandung:
ABKIN-DEPDIKNAS, 2008), hlm. 215.
Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ed.II, (Jakarta: Rineka Cipta,2011), hlm.
235.
Agus
Retnanto, Mengenal Kesulitan Belajar Anak (Yogyakarta: STAIN Kudus-Idea Press,
2013), hlm. 60.
https://orionkonselingblog.wordpress.com/2016/01/20/makalah-tentang-kesulitan-belajar-dalam-bimbingan-konseling/ (diakses pada tanggal 04 oktober 2017)
Wood, Derek, dkk . 2007. Kiat Mengatasi Gangguan
Belajar. Yogyakarta : Katahati.
Yusuf, Munawir, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak
dengan Problema Belajar. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
http://enypusparini.blogspot.co.id/2013/06/kesulitan-belajar-pada-siswa.html(diakses pada tanggal 04 oktober 2017)
http://atalewobunga.blogspot.co.id/2013/12/kedudukan-diagnosis-kesulitan-belajar.html (diakses pada tanggal 04 oktober 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar