1. Pengertian
Teacher Centered Learning
Pada
sistem pembelajaran model teacher
centered learning, dosen lebih banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar
dengan bentuk ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau
mendengarkan ceramah, mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi
yang merasa memerlukannya. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil
pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model ini
berarti memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah
bagaimana dosen bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer
pengetahuan.
Pendekatan teacher
centered learning dimana proses pembelajaran lebih berpusat pada guru hanya
akan membuat guru semakin cerdas tetapi siswa hanya memiliki pengalaman
mendengar paparan saja. Out put yang dihasilkan oleh pendekatan belajar
seperti ini tidak lebih hanya menghasilkan siswa yang kurang mampu
mengapresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba yang
akhirnya cenderung menjadi pelajara yang pasif dan miskin kreativitas.
Sejauh ini model-model
pembelajaran yang bersifat teacher centered terlihat pada model pembelajaran,
model komando atau banking learning concept. Pola pembelajaran model
komando atau gaya bank ini banyak diterapkan sekitar tahun 1960-an yang
mengembangkan perinsip distribusi keputusan harus dilakukan secara hierarkis
dari atas ke bawah atau dari guru ke siswa.
Jadi dari paparan di atas
dapat kami simpulkan bahwa pengertian teacher center learning adalah
proses pembelajaran yang berpuasat pada guru artinya guru sangat menentukan
proses pembelajaran karena guru menjadi satu-satunya sumber ilmu. Jadi model
pembelajran ini membuat siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran.
Sistem pembelajaran pada
hampir semua program studi perguruan tinggi di indonesia masih bersifat satu
arah, yaitu pemberian materi oleh dosen. Sistem pembelajaran tersebut dikenal
dengan model teacher centered learning (tcl), yang ternyata membuat mahasiswa
pasif karena hanya mendengarkan kuliah sehingga kreativitas mereka kurang
terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif.
Pada sistem pembelajaran
model tcl, dosen lebih banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk
ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah,
mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi yang merasa
memerlukannya. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran
dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model ini berarti memberikan
informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana dosen bisa
mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan. Perbaikan
untuk model pembelajaran tcl telah banyak dilakukan, antara lain
mengkombinasikan lecturing dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Walaupun
sudah ada perbaikan, tetapi hasil yang dihasilkan masih dianggap belum optimal.
Pola pembelajaran dosen
aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran rendah. Hal
tersebut setidaknya tampak pada 2 hal. Pertama, dosen sering hanya mengejar
target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran. Kedua, pada saat-saat
mendekati ujian, di mana aktivitas mahasiswa “berburu” catatan maupun literatur
kuliah, serta aktivitas belajar mereka mengalami kenaikan yang sangat
signifikan, namun turun kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai.
Implikasi lain dari sistem
pembelajaran tcl adalah dosen kurang mengembangkan bahan kuliah dan cenderung
seadanya (monoton), terutama jika mahasiswanya cenderung pasif dan hanya
sebagai penerima transfer ilmu. Dosen mulai tampak tergerak untuk mengembangkan
bahan kuliah dengan banyak membaca jurnal atau download artikel hasil-hasil
penelitian terbaru dari internet, jika mahasiswanya mempunyai kreativitas
tinggi, banyak bertanya, atau sering mengajak diskusi. Namun, karena sistem
pembelajaran tcl pada akhirnya “lebih mengkondisikan” mahasiswa pasif dan hanya
sebagai penerima transfer saja, maka dosen pun menjadi kurang termotivasi untuk
mengembangkan bahan kuliahnya.
TCL merupakan suatu sistem
pembelajaran dimana mahasiswa hanya mendapatkan materi dari satu sumber saja
yaitu dosen. Di sistem ini selain mahasiswa cenderung pasif karena cenderung
hanya mendengar kuliah saja, dosen juga kurang mengembangkan bahan kuliah dan
cenderung seadanya, monoton.
2. Model
Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL)
Model komando atau banking learning concept
Sejauh ini model-model
pembelajaran yang bersifat teacher center terlihat pada model pembelajaran model komando atau
banking
learning concept. Pembelajaran model ini
selalu betolak belakang antara posisi guru dan peserta didik, yakni jika guru
ceramah siswa mendengarkan dengan tekun, guru bertanya siswa menjawab, guru
mengerti siswa tidak tahu apa-apa, guru mendiktekan teks siswa mencatat, guru
pandai siswa bodoh, guru sebagai subjek siswa sebagai objek, guru membuat
program belajar siswa menerima program, dan seterusnya.
Model komando ini
diterapkan sekitar tahun 1960-an. Dalam proses pembelajaran model komando,
biasanya guru mempersiapkan bahan untuk diterapkan pada siswa. Jadi model
komando tidak melibatkan siswa dalam bentuk menyepakati kontrk belajar.
b) Independent /
individual
Independent atau
individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual
peserta didik. Pada saat ini, pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran
organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjadi tanpa
pembelajaran individu (garvin, 2000; kim, 1993).
Tujuan
individual learning bagi
para peserta didik adalah agar mereka secara mandiri dapat mengatur tujuan
pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai, melacak
kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Manfaat sistem pembelajaran independent
ini mampu memenuhi kepentingan peserta didik secara individual.
c)
Cooperative
Cooperative
learning merupakan
suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik
untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka
dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun
peserta didik lainnya secara lebih efektif.
Cooperative
learning mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki kemampuan berfikir
secara global, meningkatkan hubungan antarkelompok, dan meningkatkan gairah
belajar. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran cooperative learning adalah
peningkatan rasa kepercayaan diri, peningkatan rasa menghargai keberadaan orang
lain, peningkatan rasa untuk saling memberikan dan menerima pengetahuan
diantara peserta, dan peningkatan kesadaran perlunya kemampuan dalam
bekerjasama (team work).
Prinsip pembelajaran cooperative adalah terjadi komunikasi antar peserta didik,
tanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya, saling menghargai antar peserta
didik, dan setiap peserta mempunyai peran yang sama dalam menyelesaikan
masalah.
Di
dalam metode cooperative learning bisa digunakan metode diskusi. Karena diskusi
adalah proses pengajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok
saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu
masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau
membuat suatu keputusan. Apabila diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, maka
pengajaran dapat terjadi secara langsung dan bersifat student centered
(berpusat pada siswa). Dikatakan pengajaran langsung, oleh sebab guru
menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas
siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pengajaran. Dikatakan berpusat
kepada siswa oleh sebab sebagian besar input pengajaran berasal dari siswa,
mereka secara aktif akan meningkatkan belajar mereka, serta mereka dapat
menentukan hasil diskusi mereka.
d) Collaborative
Collaborative
learning pada
dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik
sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Collaborative
learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif
dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak
diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu.
Collaborative
learning mempunyai
tujuan untuk memperluas
perspektif atau wacana peserta didik, mengelola perbedaan dan konflik karena
proses berpikir divergen, membangun
kerjasama, toleransi, belajar menghargai pendapat orang lain, dan belajar
mengemukakan pendapat. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran colaborative learning adalah mengembangkan daya nalar berdasarkan
pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki dan sharing pengetahuan/pengalaman
dari teman kelompoknya, memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan
menghargai pendapat orang lain, menambah pengetahuan secara kolektif, dan
mendapatkan tambahan pengetahuan untuk dirinya sendiri.
e) Active
Active
learning mengacu
pada teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan
hanya mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk
menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Active learning bertujuan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristika pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active
learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap
tertuju pada proses pembelajaran. Manfaat active learning adalah untuk
memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik
dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan
pengajar.
f)
Self
directed
Self-directed
learning (SDL)
adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung
jawab tentang pembelajaran. Dalam sdl peserta didik sendiri yang menentukan
bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. Sdl dapat
dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas
dipilih sendiri.
Tujuan
dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk pengembangan tanggung jawab dan
kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam menentukan materi
pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Metode sdl akan bermanfaat
menghasilkan kompetensi yang lebih baik, dan karena peserta didik sendiri yang
menentukan kompetensi yang diinginkan maka kompetensi yang diperoleh juga lebih
berguna bagi peserta didik.
Bentuk
kegiatannya ialah setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang
dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan
mengetahui berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan
dasar yang perlu dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada peserta didik
untuk melakukan pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning)
yang meliputi: membuat rencana pembelajaran, monitoring setiap kegiatan belajar
dan melakukan evaluasi belajar secara tertulis dalam logbook.
g) Research
based
Research-based
learning (RBL)
adalah merupakan salah satu metode (TCL)
yang mengintegrasikan penelitian di dalam proses pembelajaran. RBL memberi
peluang/kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi, menyusun
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas
data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan
pendekatan “learning by doing”. (jones, rasmussen, & moffitt, 1997;
thomas, mergendoller, & michaelson,1999, thomas, 2000).
RBL
bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada aktivitas
analisis, sintesis, dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didik dan
dosen dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Dengan rbl maka peserta
didik dapat memperoleh berbagai manfaat dalam konteks pengembangan metakognisi
dan pencapaian kompetensi yang dapat dipetik selama menjalani proses pembelajaran
h) Case
based
Case-based learning (CBL)
adalah pembelajaran berbasis kasus. Peserta didik disediakan kasus yang
merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang
sesungguhnya. Cbl bertujuan untuk (a) melatih mahasiswa belajar secara
kontekstual, (b) mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan
yang ada di dalam kasus dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara
professional, dan (c) mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan yang tepat atau rasional (evidence-based). Cbl bermanfaat agar
(a) dosen menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program kegiatan pembelajaran
semester (rpkps), (b) bersama-sama peserta didik membahas kasus yang disajikan.
Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk berpikir secara kritis
ketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka yang
dirangsang oleh kasus yang sedang dibahas bersama.
i)
Problem
based learning dengan metode seven jumps
Problem-based
learning (PBL)
adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan
pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang
bersifat student-centered. Pbl bertujuan mengembangkan. Knowledge (materi dasar dan komunitas selalu dalam
konteks), skills – hard-soft-life skills ( berpikir secara
ilmiah), critical appraisal (terampil dalam mencari informasi, terampil
dalam belajar secara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat), attitudes
(nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargai nilai
psikososial).
Pbl
bermanfaat untuk peserta didik memiliki kecakapan dan sikap yang positif,
antara lain: kerjasama dalam kelompok, kerjasama
antar peserta didik di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan
pendapat kawan, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai
pendapat/pandangan kawan, bersikap
kritis terhadap literatur, belajar
secara mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif, dan
ketrampilan presentasi. Secara keseluruhan, kecakapan dan sikap tadi merupakan
modal utama dalam pembentukan lifelong learner. Seven jumps (7 langkah) pada
pbl :
1. menjelaskan istilah dan konsep
2. menetapkan kata kunci dan masalah
3. menganalisis masalah
4. menghubungkan atau menarik kesimpulan
5. merumuskan tujuan/sasaran pembelajaran
6. mengumpulkan informasi
7. mensintesis dan menguji informasi baru
2.5Kelebihan
dan kekurangan TCL
Kelebihan
Teacher Centered Learning :
1.
sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu
singkat
2.
informasi dapat diberikan ke sejumlah besar siswa
3.
pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan
ajar, dan irama pembelajaran
4.
merupakan mimbar utama bagi pengajar dengan
kualifikasi pakar
5.
bila kuliah diberikan dengan baik, menimbulkan
inspirasi dan stimulasi bagi siswa
6.
metode assessment cepat dan mudah
Kekurangan
Teacher Centered Learning :
1.
pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, tidak
ada partisipasi dari pembelajar
2.
terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa
untuk mengemukakan pendapatnya
3.
tidak kondusif terjadinya critical thinking
4.
mendorong pembelajaran pasif
5.
suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara
aktif dan mandiri