BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Manusia dalam hidup
bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain.
Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi
sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan
sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun
antara kelompok dengan individu.
Kelompok
Teman Sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk
hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Menurut Umar (2005:
181) “ Kelompok sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang yang
bersamaan usianya” Dengan menjadi anggota dalam kelompok sebaya maka akan
terjadi dampak yang positif maupun yang negatif yang dikarenakan interaksi di
dalamnya. Seperti yang diungkapkan Umar (2005: 181) “Dampak edukatif dari
keanggotaan kelompok sebaya itu antara lain karena interaksi sosial yang
intensif dan dapat terjadi setiap waktu dan dengan melalui peniruan”
Hubungan
yang baik di antara teman sebaya akan sangat membantu perkembangan aspek sosial
anak secara normal yang juga akan berpengaruh pada pembelajaran. Anak pendiam
yang ditolak oleh teman sebayanya, dan merasa kesepian berisiko menderita
depresi. Anak-anak yang agresif terhadap teman sebaya berisiko pada
berkembangnya sejumlah masalah seperti kenakalan dan drop out dari sekolah.
Dalam interaksi teman sebaya memungkinkan terjadinya proses identifikasi,
kerjasama dan proses kolaborasi. Proses-proses tersebut akan mewarnai proses
pembentukan tingkah laku dan proses pembelajaran.
Dukungan
teman sebaya banyak membantu atau memberikan keuntungan kepada anak-anak yang
memiliki problem sosial dan problem keluarga, dapat membantu memperbaiki iklim
sekolah, serta memberikan pelatihan keterampilan sosial. Namun, tidak semua
teman dapat memberikan keuntungan bagi pembelajaran. Perkembangan individu akan
terbantu apabila anak memiliki teman yang secara sosial terampil dan bersifat
suportif. Sedangkan teman-teman yang suka memaksakan kehendak dan banyak
menimbulkan konflik akan menghambat pembelajaran.
1.2Rumusan
Masalah
1.
Apa
dan bagaimana itu interaksi sosial ?
2.
Apa
dan bagaimana itu teman sebaya?
3.
Bagaimana
hubungan prestasi belajar dengan interaksi sosial teman sebaya?
1.3Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa dan bagaimana interaksi sosial itu.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana teman sebaya itu.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana hubungan prestasi belajar dengan interaksi sosial teman
sebaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTERAKSI SOSIAL
A. Pengertian
Interaksi social
Interaksi
sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok.
Interaksi
mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak
yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi baik positive ataupun
negative
Manusia
dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi
sosial.
Maryati
dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh
Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
“Interaksi
positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai,
menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004).
Berdasarkan definisi di
atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu
dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.
Interaksi sosial dapat
diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu.
B.
Ciri – Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi
(2002), ada empat ciri – ciri interaksi sosial, antara lain :
1. Jumlah
pelakunya lebih dari satu orang
2. Terjadinya
komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
3. Mempunyai
maksud atau tujuan yang jelas
4. Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu
C.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi social
Menurut
Gerungan (2000: 58) faktor- faktor ynag mempengaruhi interaksi sosial yaitu:
a. Faktor
Imitasi : Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal
tingkah laku, mode pakaian dan lain- lain.
b. Faktor
Sugesti : Yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun
dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang
lain.
c. Faktor
identifikasi : Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan
orang lain.
d. Faktor
Simpati : Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial
yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan
hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja.
Jika
dorongan untuk meniru oranglain sangat kuat maka ini memungkinkan individu
menggunakan interaksinya tersebut untuk melakukan cara apapun agar sama dengan
temannya, atau adanya pengaruh-pengaruh negative dari oranglain yang langsung
saja diterima tanpa filter yang kuat, dorongan untuk identik dengan oranglain.
Interaksi ini akan sangat berpengaruh negative dan sekolah merupakan sumber
utama interaksi sosial remaja karena di sekolah mereka bertemu dengan banyak
orang seusia mereka.
D.
Bentuk-
Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Park dan Burgess
(Santosa,2004:12) bentuk interaksi social dapat berupa:
a) Kerja
sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi
sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama Bantu membantu
untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotong-royong membersihkan halaman
sekolah.
b) Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk
interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok- kelompok berlomba meraih
tujuan yang sama. Jika persaingan itu sportif maka ini akan menjadi interaksi
yang positive tetapi jika persaingan sudah tidak sehat, akan banyak masalah
yang muncul kepermukaan akibat dari persaingan tersebut dan efeknya bisa
bermacam-macam
c) Pertentangan.
Pertentangan adalah bentuk interaksi
sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang
atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
d) Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian
dimana orang-orang atau kelompok- kelompok yang sedang bertentangan bersepakat
untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan
yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara
maupun bersifat kekal. Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas
yaitu, penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara
seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
e) Perpaduan
Perpaduan adalah suatu proses sosial
dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan
yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
E.
Jenis-
Jenis Interaksi
Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan
interaksi dalam menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Interaksi
verbal. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan
kontak satu sama lain dengan menggunkan alat- alat artikulasi. Prosesnya
terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama lain.
b. Interaksi
fisik. Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak
dengan menggunakan bahasa- bahasa tubuh.
c. Interaksi
emosional. Interaksi emosional terjadi manalaka individu malakukan kontak satu
sama lain dengan melakukan curahan perasaan.
F.
Proses Interaksi Sosial
Proses Interaksi sosial
menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas
dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang
dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya.
Dan terakhir adalah Makna
tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat
terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai
sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
Karp dan Yoels menunjukkan
beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi
atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri
Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang
individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di
sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan
wacana.
Interaksi sosial memiliki
aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu
dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan
dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak
pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
Selain aturan mengenai
ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini
terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk
interaksi.
2.2 Kelompok Teman Sebaya
1. Pengertian
kelompok teman sebaya
Kelompok adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang saling berkaitan, berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam perilaku untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok teman
sebaya adalah kelompok persahabatan yang mempunyai nilai- nilai dan pola hidup
sendiri, di mana persahabatan dalam periode teman sebaya penting sekali karena
merupakan dasar primer mewujudkan nilai- nilai dalam suatu kontak sosial. Jadi
kelompok teman sebaya merupakan media bagi anak untuk mewujudkan nilai- nilai
sosial tersendiri dalam melakukan prinsip kerjasama, tanggungjawab dan
kompetisi.
2. Hakekat
kelompok teman sebaya
Anak berkembang di dalam dua dunia
sosial:
a. Dunia
orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan sebagainya.
b. Dunia
teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok bermain, perkumpulan-
perkumpulan.
Setiap kelompok memiliki peraturan-
peraturanya sendiri, tersurat maupun tersirat, memiliki tata sosialnya sendiri,
mempunyai harapan- harapannya sendiri bagi para anggotanya. Setiap kelompok
sebaya juga mempunyai kebiasaan- kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan
bahasa sendiri. Kelompok sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting
disamping keluarga, sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan cara-
cara hidup bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh tahun dunia
sosial anak mengalami perubahan secara radikal, dari dunia kecil yang berpusat
di dalam keluarga ke dunia yang lebih luas yang berpusat pada kelompok sebaya.
Anak cenderung merasa nyaman berada bersama- sama teman- teman sebayanya
daripada berada bersama orang- orang dewasa, meskipun orang- orang dewasa
tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.
3. Macam-
macam Kelompok teman sebaya
Menurut Hurlock (1999 : 215) ada
beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja, antara lain :
a.
Teman
Dekat : Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.
b.
Teman
Kecil : Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.
c.
Kelompok
Besar : Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena
kelompok ini besar maka penyesuaian minat berkurang di antara anggota-
anggotanya sehingga terdapat jarak social yang lebih besar di antara mereka.
d.
Kelompok
Terorganisasi : Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh
sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja
yang tidak mempunyai kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok
seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia 16- 17 tahun.
e.
Kelompok
Gang : Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan
kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok gang. Anggota
biasanya terdiri dari anak- anak sejenis dan minat mereka melalui adalah untuk
menghadapi penolakan teman- teman melalaui perilaku anti sosial.
Interaksi sosial adalah suatu proses
yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku anggota-anggota kelompok
kegiatan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan lingkungan, selama kelompok
dalam kegiataan (Grath dalam Santosa, 2010).
Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial. Sebagai makhuk sosial seorang individu akan berinteraksi dengan
individu lainnya, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itu yang menimbulkan suatu proses
interaksi sosial. Interaksi sosial individu kepada individu lainnya, baik anak
ataupun orang dewasa dapat terjadi dimana saja dan kapan saja juga dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertatap muka,
bertransaksi dagang, belajar kepada orang lain, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini dibatasi hanya
pada interaksi sosial siswa dengan teman sebaya dalam preoses pembelajaran di
sekolah. Siswa SMP menurut Pikunas (dalam Yusuf, 2006:184), termasuk pada masa
remaja. Salah satu karakteristik remaja adalah mulai memasuki hubungan teman
sebaya, dalam arti mengembangkan interaksi sosial yang luas dengan teman
sebaya. Dalam proses interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah, kemampuan
siswa dalam berinteraksi sosial berbeda-beda. Kemampuan siswa dalam berinteraksi
sosial dengan lingkungan sekolahnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu siswa
yang bisa berinteraksi sosial dan siswa yang mengalami kesulitan dalam
berinteraksi sosial di lingkungan sekolah.
Perbedaan kemampuan siswa dalam
berinteraksi sosial dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi penyesuaian siswa di sekolah terdiri atas faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor kekuatan yang ada dalam diri
individu yang meliputi kondisi jasmaniah, penetu psikologis seperti kematangan,
perkembangan sosial, moral, emosional, IQ, minat, bakat, konsep diri dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal sebagai faktor kekuatan yang berada di
luar din individu, diantaranya iklim kehidupan keluarga, iklim kehidupan sekolah
dan masyarakat.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial adalah IQ atau kecerdasan. Menurut Stern (dalam Ahmadi, 2004: 32), “intelegensi adalah suatu aya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru”. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata akan memiliki kecenderungan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingakan peserta didik yang memiliki taraf intelegensi yang lebih rendah.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial adalah IQ atau kecerdasan. Menurut Stern (dalam Ahmadi, 2004: 32), “intelegensi adalah suatu aya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru”. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata akan memiliki kecenderungan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingakan peserta didik yang memiliki taraf intelegensi yang lebih rendah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maryati
dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh
Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial”.Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas
bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha
bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan.
Proses
Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak
terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia.
Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang
dengan sesamanya.
Interaksi
sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan
dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall
membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak
intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
Interaksi
sosial adalah suatu proses yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku
anggota-anggota kelompok kegiatan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan
lingkungan, selama kelompok dalam kegiataan (Grath dalam Santosa, 2010).
3.2 Saran
Saya sebagi penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan
saya. Kepada pembaca yang menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang
diharapkan dapat menjaga dengan sebaik-baiknya. sebagai penyusun saya berharap
makalah ini dapat diterima dengan baik
DAFTAR
PUSTAKA
Grath
dalam Santosa, S. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar