A. RASIONAL
Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home.
Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan,
sedangkan home mempunyai arti
rumah atau rumah tangga]Jadi broken
home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut
juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga.
Diantara
krisis yang terjadi dalam rumah tangga adalah :
1. Ketegangan
hubungan atau konflik suami istri.
- Konflik orang tua dengan anak
- Konflik dengan mertua.
- Bahkan konflik sesama anak
Menurut
David (2013), keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah
keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu
mendua. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka
memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara
tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang
tua. Keluarga kacau selalu tidak rukun.
B.
IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR
1. IDENTITAS SISWA
a. Nama : Nia Ramadani (NR)
b. Jenis
kelamin : Perempuan
c. Tempat,
Tanggal Lahir : Mandonga, 22 Desember 1999
d. Agama
: Islam
e. Kelas : XI IPS 3
f. Alamat
: BTN Bukit Kartika, Lepo-Lepo
g. Anak
ke- : Tiga
h. Jumlah
Saudara : Empat
i.
Suku : Jawa
j.
Tinggal bersama
: Orang Tua
k. Nama
Ayah : Muh. Isra
l.
Nama Ibu : Mega Muliati
m. Pekerjaan
Ayah : Kuli Bangunan
n. Pekerjaan
Ibu : IRT
o. Pendidikan
Ayah : SMA
p. Pendidikan
Ibu : SMP
2. ANALISIS PRESTASI BELAJAR
Tentang
prestasi belajar anak, hal ini sangat penting, karena prestasi belajar
merupakan indikator sebagai tingkat keberhasilan seorang siswa atau anak didik
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Setiap keluarga yang mengalami
broken home biasanya akan berdampak pada anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan
konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Seorang anak yang mengalami
broken home dalam keluarganya, prestasi belajarnya akan sulit untuk tetap
dipertahankan apalagi kalau harus ditingkatkan, sangat sedikit anank yang bisa
memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi ketika ia menghadapi masalah
broken home.
3. ANALISIS PERILAKU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PROSES BELAJAR
Dampak
psikologis adalah dampak paling utama yang akan melekat sampai anak yang broken
home tersebut dewasa. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan
psikologisnya juga baik. Keadaan psikologis yang tidak baik ini lah yang akan
berdampak pada proses belajar anak
(siswa) yang tidak baik misalnya saja siswa tidak meiliki motivasi belajar yang
membuatnya merasa bahwa belajar itu tidak penting, siswa seringkali tidak
berkonsentrasi pada saat prses balajar yang akan membuatnya malas-malasan
selama proses belajar seperti tidur-tiduran, mengobrol dengan teman, melamun
dan lain-lain, dan siswa memiliki sikap indisipliner yang sangat tinggi
misalnya siswa sering terlamabat, siswa sering membolos, siswa sering menyontek
dan perilaku indisipliner lainnya. Dari banyaknya masalah yang dihadapi oleh
siswa selama proses belajar berlangsung ini, tentu pada akhirnya akan
mempengauhi hasil belajar siswa yang tidak memuasakan atau rendah sehingga
harus mengukuti remedial yang sering kali ujung-ujungnya siswa tidak naik kelas.
4.
ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL
Orang
tua sering berperilaku kasar terhadap anak. Orang tua menggambarkan kemarahan
satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan
anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang. Hampir sepanjang waktu
mereka dimarahi atau ditekan. Anak-anak mendapatkan kesan bahwa mereka tidak
diinginkan keluarga. Dinamika keluarga dalam hanyak hal sering menimbulkan
kontradiksi, karena pada hakekatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai
terminal dan tempat berteduh oleh oarang tua. Adakalanya suami terlalu sibuk
dengan berbagai urusan di luar rumah dan tidak mau memberikan empati
(perhatian) terhadap kesibukan anak.
Setiap
keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak pada anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan
konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Secara umum anak yang mengalami
broken home memiliki keadaan psikologis yang tidak baik yang akan menimbulkan
masalah dalam dirinya, yaitu:
1.
Ketakutan yang berlebihan
2.
Tidak mau berinteraksi dengan
sesama
3.
Menutup diri dari lingkungan
4.
Emosional
5.
Sensitif
6.
Temperamen tinggi
7.
Labil
Anak
yang broken home yang kurang perhatian membuat self esteem dan self confident
rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan. Biasanya
dengan memberontak, melakukan bullying, dan bersikap derduktif terhadap
lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman keras . (Nurmalasari,
2008).
C.
LOKALISASI JENIS DAN LETAK
KESULITAN BELAJAR
1. JENIS DAN LETAK KESULITAN
BELAJAR
Orang
tua sekarang ini hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga
mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh
kesibukan-kesibukan orang tua terutama yang berdiam di kota besar dan atau
ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anak. Sedangkan orang tua yang bermukim di pedesaan, banyak
yang berpendidikan rendah dengan bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik dan
buruh bangunan. Penghasilan mereka sangat minim sekali, sehingga untuk
mencukupi kebutuhan keluarga sangat kurang. Hal seperti itu mengakibatkan
keluarga mereka selalu ada pertengkaran (kurang harmonis) dan akhirnya
anak-anak mereka kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua.
Broken Home secara tidak langsung
memberikan efek negatif bagi psikologis pada peserta didik ataupun bahkan pada
kesulitan belajar yang didasari pada permasalahan keluarga dimana seorang
peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga berdampak pada
presentasi mereka. Namun jika dilihat lebih dalam lagi sebenarnya
permasalahan ini tidak begitu mendasar secara umum dan terlihat sebagai permasalahan
yang muncul dari diri peserta didik. Akan tetapi merupakan masalah personal
yang terlalu dibesar-besarkan sehingga muncul berbagai jenis kesulitan belajar
yang sering menghinggapi peserta didik yang berlatar belakang Broken Home
antara lain:
a. kurangnya konsentrasi
mengikuti kegiatan belajar
b. sering berulah/nakal/ribut dalam
proses belajar mengajar
c. labilnya kondisi emosional
d. hilangnya motivasi untuk
belajar
e. merasa tidak mampu
f. cepat menyerah
g. jatuhnya presentasi
h. adanya kecenderungan
berperilaku menyendiri dan tertutup.
2. ANALISIS JENIS DAN LETAK
KESULITAN BELAJAR
Jenis kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa yang memiliki keluarga yang broken home seperti sisw NR, Merupakan
jenis kesulitan yang belajar yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh guru.
Broken home sangat mempengaruhi keadaan psikologis siswa yang pada akhirnya
akan berdampak pada hilangnya motivasi untuk belajara, karena anak broken home
menganggap memiliki prestasi belajar yang baik tidak berguna sebab ia tidak
pernah mendapat perhatian dari orang tuanya. Banyak kesulitan belajar yang
sering dialami oleh anak broken home, diantaranya kurang berkonsentrasi,
mengantuk saat peoses belajar mengajar sedang berlangsung, terlambat datang
kesekolah,menjadi pasif, malas bergaul dengan teman-temannya dan lain-lain.
Kesulitan belajar tersebut sebenarnya
jika diperhatikan dengan saksama dipengaruhi oleh hanya satu faktor yaitu
faktor motivasi yang sangat kurang terhadapbelajar. Anak yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi akan senantiasa berkonsentrasi pada saat proses belajar
berlangsung agar pada saat guru bertanyan ia bisa menjawab. Kemudian,mengantuk
ini salah satu indikator bahwa apa yang disampaikan oleh guru itu tidak menarik
sama sekali bagi siswa, terlambat datang kesekolah menunjukan bahwa siswa yang
broken home sekolah bukanlah tempat yang menyenangkan baginya, karena jika bagi
siswa yang broken home sekolah itu tempat yang paling menyenangkan bagi dia,
maka ia tidak akan bermalas-malasan sehingga membuat ia terlambat.
D.
FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
1. FAKTOR INTERNAL
Kesulitan
belajar bisa terjadi akibat adanya kerusakan secara fisik pada diri anak
(impairment), misalnya kehilangan fungsi pengliahatan, pendengaran, dan
gangguan pada gangguan gerak motorik, serta anak yang mengalami hambatan
perkembangan intelektual. Keadaan kerusakan secara fisik pada diri anak seperti
itu dapat menimbulkan kesulitan atau ketidakmampuan tertentu sehingga
menghalangi anak untuk belajar. Namun, pada siswa NR tidak mengalami kesulitan
belajar yang disebabkan oleh faktor internalnya karena siswa NR, memiliki fisik
yang sempurna dan tidak mengalami kerusakan pada alat indranya. Jadi siswa NR
tidak memiliki masalah dengan fisik maupun alat indranya.
2. FAKTOR EKSTERNAL
Faktor
lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak seperti: cara
mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan
belajar yang kurang, cara evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang
memadai. Sistem administrasi, waktu belajar yang kurang tepat, situasi sosial
di sekolah, dan sebagainya.
Situasi
dalam keluarga yang kurang mendukung situasi belajar seperti: kekacauan rumah
tangga (broken home). Kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan
belajar, kurangnya kemampuan orang tua, dan sebagainya. Situasi lingkungan
sosial yang mengganggu keadaan anak seperti pengaruh negatif dari pergaulan,
situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan seperti film,
bacaan-bacaan, dan sebagainya.
Dalam hal
ini, siswa NR mengalami kesuliyan belajar yang disebabkan oleh faktor
ekternalnya, yaitu situasin keluarga yang kurang mendukung situasi belajar. Ini
disebabkan oleh kurangnya perhatian yang didapat oleh siswa NR sehingga membuat
ia kehilangan motivasi unutk belajar, serta selalu memikirkan masalah orang
tuanya baik selama proses belajar maupun tidak yang membuat dia sulit untuk
berkonsentrasi karena memikirkan hal diluar materi pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi prestasi belajarnya yang
menurun yang malah akan menambah hilangnya motivasi belajar oleh siwa NR.
E.
PELAKSANAAN BANTUAN
1. BANTUAN YANG DIRENCANAKAN
Untuk
mencegah dan mengentaskan masalah broken home yang mempengaruhi kadaan
psikologis siswa yang akan berdampak pada proses belajar dan hasil belajar
siswa yang tidak baik, maka guru BK sebagai konselor harus memberikan
layanan-layanan, yang melalui layanan ini diharapkan dapat mencegah dan
mengentaskan masalah broken home ini.
a.
Layanan informasi
Menurut Prayitno &Erman Amti
(2004:259-260) layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada
individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan
arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
b.
Layanan bimbingan
kelompok
Menurut Prayitno (1995: 61)
Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan
bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya
bimbingan kepada individu melalui kelompok.
c.
Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok.
d.
Layanan konseling individu
Layanan konseling individual merupakan layanan
yang diselenggarakan oleh seorang guru Bimbingan dan Konseling (konselor)
terhadap seorang konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi
konseli. Dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara
konseli dan konselor, membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami
konseli. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting
tentang diri konseli (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia
pribadi konseli) bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut
permasalahan konseli, namun juga bersifat spesifik menuju kearah pengentasan
masalah.
e.
Kunjungan Rumah
Kunjungan
rumah adalah kegiatan pendukung yang dilakukan oleh guru BK dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang dihadapi oleh
siswa dari orang tua, saudara dan sanak keluarga yang lainnya.
2. BANTUAN YANG TERLAKSANA
a.
Bantun Kepada Siswa
1)
Layanan informasi
Layanan ini diberikan untuk memberikan informasi kepada
siswa tentang masalah broken home untuk memberikan pemahaman yang cukup kedapa
siswa tentang masalah broken home. Informasi yang dapat diberikan yaitu
informasi mengenai apa itu broken home, penyebab broken home terjadi, dampak
dari broken home dan apa yang harus dilakukan apa bila didalam keluarga terjadi
masalah broken home tersebut.
2)
Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok diberikan sebagai fungsi
pencegahan kepada siswa. Dalam layanan kelompok ini, konselor membahas suatu
topik yaitu broken home, kemudian setelah konselor membahas tentang masalah
broken home, kemudian dilakukan tanya jawab anatara konselor dan siswa sebagai
konseli tentang topik yang dibahas tersebut.
3)
Layanan Konseling Individu
Pada layanan konseling individu didalam terdapat beberapa
asas yaitu, asas keterbukaan dan asas kerahasiaan. Siswa atau konseli
diharapkan mampu terbuka dalam menceritakan masalahnya sehingga konselor bisa
membantu dalam menyelesaikan msalahnya. Begitu juga dengan konselor, seorang
konselor yang menyelanggarakan layanan konseling harus mampu menjaga
kerahasiaan masalah siswa dalam hal ini yaitu asas kerahasiaan. Agar konseli mau
terbuka dalam menyampaikan masalahnya, maka konselor harus mampu meyakinkan
konseli agar segala sesuatu yang dibicarakan dilindungi oleh asas kerahasiaan
dan dijunjung tinggi oleh konselor demi tercapainya tujuan konseling
individual.
b.
Bantuan Kepada Guru
1) layanan
informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang
berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu
tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana
yang dikehendaki. Jadi bantuan yang
diberikan kepada guru berupa informasi mengenai bagaimana mengahadapi siswa
yang mengalami maslah broken home, sehingga guru mampu merencanakan pemebrian
bantuan yang tepat untuk siswa tersebut.
3.
LAYANAN YANG TIDAK TERLAKSANA
a.
Layanan Konseling kelompok
konseling kelompok ini diberikan dengan fungsi pengentasan
masalah. Jadi selama kegiatan berlangsung diharapkan agar siswa dapat terbuka
dan dapat menjaga rahasia antar sesama konseli agar konseling kelompok ini
dapat berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang tetapkan. Berbeda
dengan bimbingan kelompok, layana konseling kelompok ini bersifat lebih rahasia
(private) sehingga konseli yang akan mengikuti layanan ini harus berjanji
terlebih dahulu agar tidak menceritakn apa yang diketahuinya tentang masalah
konseli yang lain, diluar kegiatan layanan berlangsung.
b.
Kunjungan Rumah
Kegiatan
pendukung kunjungan rumah (home visit), dilakukan karena banyak hal yang harus
diketahui secara mendalam oleh konselor tentang masalah siswa (konseli). Ini
dilakukan apa bila konselor menghadapi koseli yang meiliki masalah serius
terkait dengan masalah broken home ini sehingga kegiatan kunjungan rumah ( home
visiy) perlu unutk dilakukan. Kemudian setelah melakukan home visit, konselor dapat menarik
kesimpulan tentang masalah yang dihadapi oleh siswa yanti Broken Home.
Kesimpulan
itu didapat ketika konselor melakukan kunjungan rumah (home visit) dan bertemu
dengan keluarga dengan siswa yang bermasalah tersebut dan melakukan observasi
(pengamatan) dan wawancara secara langsung kepada orang tua dan keluarga
lainnya. Dengan diadakannnya kegiatan kunjungn rumah (home visit), konselor
juga dapat berbincang lang kepada orang taua atau sanak keluarga yang lain
tentang msalah yang dihadapi oleh anak mereka. Sehingga konselor lebih muda
dalam membantu konseli untuk mengentaskan masalahnya.
Layanan konseling kelompok dan
kegiatan pendukung kunjungan rumah (home visit) tidak sempat dilaksanakan
karena terkendala waktu, yang pertama untuk memberikan layanan konseling
kelompk tentang beroken home, harus dikumpulkan beberapa anak yang mengalami
dan menghadapi masalah yang sama yaitu masalah broken home. Sementara waktu
yang dimiliki untuk melakukan studi kasus kesulitan belajar ini terbatas.
Kedua, untuk melakukan kegitan kunjungan rumah harus dilakukan paling tidak
setidaknya tiga kali bukan hanya sekali agar informasi yang didapat itu dapat
dipercaya kebenarannya dan betul-betul sesuai yang terjadi oleh siswa yang
bermasalah. Kemudian, tidak semua siswa
mau dilakukan kunjungan rumah (home visit) dengan alasan malu dan sebagainya. Jadi
layanan yang tidak terlaksana ini dikarenkan oleh waktu dan situasi yang tidak
mendukung.
4. EVALUASI DAN
TINDAK LANJUT
Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pemberian bantuan yang telah
dilaksanakan. Jika bantuan dapat dikatakan berhasil maka usaha selanjutnya
adalah memantau perkembangan klien. Namun apabila bantuan tersebut dirasa
kurang berhasil maka akan dilakukan pengulangan dan perbaikan usaha yang lebih
efektif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal
terhadap usaha bantuan yang diberikan, maka tindak lanjut ini diperlukan untuk
pengentasan masalah dan mengetahui perkembangan atas kemajuan NR nantinya,
berhubungan dengan keterbatasan waktu maka sangat mengharapkan peranan dari
pihak guru BK untuk bekerja sama memberikan perhatian yang lebih intensif dan
berkesinambungan kepada NR. Untuk itu diharapkan kepada
Guru BK
disekolah senantiasa memperhatikan perkembangan konselinya khususnya pada saat
konseli berada di lingkungan sekolah, mengamati lebih lanjut, perkembangan
kemajuan bukan hanya perhatian pada pelajaran tetapi juga proses interaksi
sosial NR, dengan guru dan teman-temannya.
Guru BK
juga hendaknya membina hubungan kerja
sama yang baik dengan orang tua atau wali siswa NR sehingga guru BK akan lebih
mudah memperoleh informasi tentang NR di rumah dan begitupun sebaliknya. Guru
BK dapat memberikan informasi mengenai keadaan konseli di sekolah kepada
orangtua atau wali NR agar dapat mengetahui kondisi anaknya pada saat berada di
lingkungan sekolah.
F. KESIMPULAN,
SARAN DAN REKOMENDASI
A.
KESIMPULAN
Setelah melakukan serangkaian
kegitan tudi kasus, dapat disimpulkan
bahwa NR adalah siswa yang memiliki masalah yang terkait dengan faktor
eksternalnya yakni masalah keluarga yang masalahnya adalah broken home. Sehingga, NR harus mendapatkan bantuan berupa layanan
informasi, layanan konsultasi dan layanan konseling individual secara intens
dan berkesinambungan agar masalah yang
dihadapi oleh NR dapat terentaskan sehingga NR
dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta
keselarasan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Dalam penegntasan masalah yang dihadapi oleh
NR, guru BK memiliki peran penting untuk membantu NR dalam menghadapi dan
mengentaskan masalah yang dihadapinya. Untuk itu menjalin kerja sama dengan
guru BK dengan memberikan informasi kepada guru BK tentang informasi yang
didapat selama dilakukannya studi kasus kepada NR, agar guru BK melakukan pemberian
bantuan segera kepada NR agar masalah yang dihadapinya tidak terus menenus
berlangsung dan mempengaruh proses interaksi sosial dengan teman maupun gurunya
yang nanti mungkin akan berdampak pada prestasi belajarnya dan psikologisnya.
B. SARAN
1.
Saran Untuk Guru
Masalah
broken home yang dihadapi oleh NR harus sesegera mungkin diberikan bantuan oleh
guru BK karena masalah broken home ini bisa mnejadi indikasi terjadinya
penyimpangan sosial. Sebaiknya, NR diberikan tidak lanjut konseling individual
secara intens agar masalah yang dihadapai dapat terselesaikan (terentaskan). Dalam
pelaksanaan studi kasus ini masih banyak kelemahan didalamnya, yaitu Studi
kasus ini dilaksanakan pada waktu kurang tepat karena, studi kasus ini
dilakukan pada saat siswa mengikuti ulanagan semester ganjil. Diwaktu-waktu
seperti ini kebanyak siswa sedang mempersiapkan diri dengan belajar sehingga
sulit untuk diberikan layanan yang harus dilakukan secara intensif dan
berkesinambungan seperti layanan konseling individual. Kemudian, Pada waktu
melakukan studi kasus, waktu menjadi kendala utama yang dimiliki. Jadi bagi
siapapun yang ingin melakukan studi kasus dengan masalah yang sama hendaknya
dapat meluangkan labih banyak waktu agar tujuan dari studi kasus yang dilakukan
dapat tercapai. Jadi kiranya guru BK dapat menanggulangi kekurangna atau
kelemahan yang terdapat dalam studi kasus ini.
2.
Saran Untuk Orang Tua
Untuk orang
tua siswa NR diharapkan agar lebih meluangkan waktunya, unutuk bisa berinteraksi dengan anaknya agar siswa
NR tidak lagi merasa diacuhkan oleh keluarganya. Karena anak yang kekurangan
perhatian berbeda perkemabangannya dengana anak yang mendapat perhatian yang
baik dari keluarganya
C. REKOMENDASI
Rekomendasi
tentang hal apa yang harus dilakukan selanjutnya oleh guru BK selaku pihak yang
terakait, yaitu guru BK harus bertindak cepat dalam memberikan bantuan kepada
siswa NR, guna untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang baru terkait
dengan masalah broken home ini, misalnya lari dari rumah, membully atau dibully
oleh teman-teman sebaya, tidak memiliki semangat hidup, hilangnya motivasi
unutuk bersekolah yang dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Jika hal ini
terjadi, maka hanya akan dapat mendatankan penyesalan pada orang tua dan guru.
Rekomandasi yang diberikan kepada guru yaitu hendaknya melakukan kunjungan
rumah (home visit) segera kepada orang tua siswa untuk membicarakan masalah
yang dihadapi oleh siswa NR, dan kemudian guru hendaknya memberikan perhatian
khusus misalnya mangajak siswa bicara jika siswa NR sedang melamun dan
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar