KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia - Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Analisis Transaksional”
Makalah ini Kami
tulis dengan mengambil dari beberapa sumber buku, internet, dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang
ada tersebut.
Kami berterima
kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu Kami dalam penyelesaian makalah
ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Kami juga
menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih banyak kekurangan. Karena itu sangat
diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun
demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Kendari, April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..…………………………………
i
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah................................................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................................................................
1.3 Tujuan…………….................................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengantar dan Tokoh Utama…………….………………………………………………………………………..
2.2 Konsep – Konsep Utama…………………………………………………………………………………………….
2.3 Asumsi Perilaku
Bermasalah…………………………………………………………………………………….
2.4 Tujuan
Konseling……………………………………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................................................................................
3.2 Saran ……………………………………………………….……………………………………………….……………
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan konseling sebagai suatu layanan
profesional dan ilmiah, dalam pelaksanaannya, dilandasi oleh teori-teori yang
erat kaitannya dengan proses terapi. Sampai saat ini sudah banyak teori terapi
yang telah berkembang yang kemudian menjadi landasan kerja dalam pelaksanaan
layanan konseling. Salah satu teori tersebut ialah teori analisis
transaksional, terkenal dengan nama transactional analysis (TA), yang
dikembangkan oleh Eric Berne. Teori inilah yang akan menjadi pokok kajian dalam
makalah ini.
Mengingat pentingnya teori analisis transaksional
sabagai salah satu landasan kegiatan praktik konseling, maka para konselor
seharusnya menguasai pengetahuan dan keterampilan menerapkan teori analisis
transaksional tersebut dalam situasi konseling yang sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar teori ini. Oleh karena itulah. Mahasiswa sebagai calon
konselor hendaknya menguasai latar belakang dan pandangan dasar, konsep-konsep
dasar, perkembangan kepribadian, dan kondisi dari mekanisme perubahan konseling
analisis transaksional, serta mampu menerapkan dalam situasi praktik konseling.
1.2 Rumusan Masalah
2.
Menjelaskan siapa tokoh
utama dari pendekatan analisis transaksional?
3.
Menjelaskan bagaimana konsep
utama dari peendekatan ini?
4.
Menjelaskan apa saja asumsi
perilaku bermasalah dari pendekatan ini?
5.
Menjelaskan apa saja tujuan
dari pendekatan ini?
1.3Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk :
1.
Mengetahui siapa tokoh utama
dari pendekatan analisis transaksional ini.
2.
Mengetahui konsep- konsep
utama dari peendekatan ini.
3.
Mengetahui bagaimana asumsi
perilaku bermasalah itu
4.
Mengetahui tujuan dari
dilakukannya pendekatan analisis transaksional
ini
BAB II
PEMBAHASAN
2.1TOKOH UTAMA
Pendekatan Analisis transaksional dikembangkan oleh
Eric Benre (1910-1970) setelah ia mendapatkan gelar M. D (Medical Doctor). Dari McGill university di montreal pada tahun
1935. Ia menyelesaikan spesialisasi psikiatri di yale University. Ketika
mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1943-1946, ia mulai
bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu ia memulai praktik psikiatri
di Carmel, California. Berdasarkan hasil observasinya terhadap konseli-konseli,
Berne membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang
bertentangan dengan sebagian besar psikiatris jaman itu, sekitar pertengahan
1950. Pada usia 46 tahun, ia mengundurkan diri dari keanggotaan di the
Psychoanalitic Institute. Kemudian ia mendobrak asumsi dasar dari Psikiatri
tradisional dan mulai berpraktik dengan Transaksional Analysis. Pada tahun 1946
ia menerbitkan buku Games People Play yang menjadi International best-seller
(Thompson, et.al, 2004, p.265:Corey,1986, p.149) dalam (Gantina Komalasari,
p.90)
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional.
Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang
lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi
dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah
transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara
dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang
mengalami masalah atau tidak.
Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori
kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis
premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan
hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif
dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik,
Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi
diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional
sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.
Teori analisis transaksional merupakan karya besar
Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne
adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis
transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam
konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar.
2.2KONSEP-KONSEP
UTAMA
Adapun konsep pokok dari transaksional analisis menurut Geral Corey ( 2005 ) adalah:
1. Pandangan
tentang Manusia
Transaksional
Analisis berakar pada filsafat anti deterministik. Menempatkan iman dalam
kapasitas kita untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih tujuan-tujuan
baru dari perilaku. Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas dari pengaruh
kekuatan sosial. Ia mengakui bahwa kita dipengaruhi oleh harapan dan tuntutan
orang lain yang signifikan, terutama keputusan yang terlebih dulu dibuat pada
masa hidupnya ketika kita sangat tergantung pada orang lain. Kita membuat
keputusan-keputusan tertentu agar dapat bertahan hidup, baik secara fisik dan
psikologis, pada titik tertentu dalam kehidupan. Tapi keputusan awal ini dapat
ditinjau dan ditantang apabila sudah tidak cocok lagi maka keputusan-keputusan
baru dapat dibuat.
Secara
keseluruhan dasar filosofis Transaksional Analisis bermula dari asumsi bahwa
semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu mempunyai dasar
menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan
mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan orang lain, sangat
perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu lain untuk senang,
cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek TA disebut
I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis Transaksional mendasarkan
pada decisional model artinya setiap
individu mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana
hidupnya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya.
2. Perwakilan
Ego
Transaksional
analisis adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang
menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; ego anak,
ego orang dewasa dan ego orang tua.
Status
ego adalah serangkaian perilaku yang terkait dengan pikiran, perasaan, dan
perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada
waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987). Semua transaksi analis bekerja
dengan status-status ego, yang mencakup aspek penting dari kepribadian dan
karakter pembeda dari TA (Dusay, 1986).
Setiap orang memiliki trio dasar Parent, Dewasa, dan Anak (PAC), dan pergeseran
terus-menerus individu dari salah satu status yang lain, perilaku mewujudkan
ego kongruen dengan keadaan saat ini. Salah satu
definisi dari otonomi adalah kemampuan untuk bergerak dengan kelincahan dan
niat melalui ego status dan beroperasi dalam satu yang paling sesuai dengan
realitas situasi tertentu.
a. Status
Ego anak
Status
Ego Anak adalah keaslian dari bagian hidup kita dan yang paling alami, yang termasuk “rekaman” pengalaman awal. Dibedakan
antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu,
berkhayal, kreatif, lucu, memberontak, tergantung,
menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah. Sebaliknya yang bersifat
adapted child (AC) ditunjukkan dengan bertindak sesuai dengan keinginan
orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan
menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami konflik.
b. Status
Ego Dewasa
Setiap
orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa
umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil
kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya,
mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional dan tidak emosional,
bersifat objektif dan sebagainya. Status ego dewasa
dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional
dan mandiri. Sifat
dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c. Status Ego Orang tua
Status
ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku
yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku
terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama orang tua yang
selalu mengkritik, merugikan dan yang ke dua orang tua yang saying.
Sikap
orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terihat dan terdengar dari tindakan
maupun tutur kata serta
ucapan-ucapannya. Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan,
menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong
untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP), ini sikap
orang tua yang sayang. Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka
menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan
sikap yang critical parent ( CP ).
3. Skenario
kehidupan dan posisi psikologi dasar
Skenario
kehidupan adalah ajaran orang tua yang kita pelajari dan keputusan awal yang
dibuat oleh kita sebagai anak, selanjutnya dipahami oleh kita sebagai orang
dewasa. Kita menerima pesan-pesan dengan demikian kita belajar dan menetapkan
tentang bagaimana kita pada usia dini. Pesan verbal dan non verbal orang tua,
mengkomunikasikan bagaimana mereka melihat dan bagimana merasakan diri kita.
Kita membuat keputusan yang memberikan andil pada pembentukan perasaaan sebagai
pemenang (perasaan “OK”) atau perasaan sebagai orang yang kalah (perasaan
“tidak OK”).
Hubungannya
dengan konsep skenario, pesan-pesan dan perintah orang tua dan keputusan kita.
Dalam hal ini, konsep AT memiliki empat posisi dasar yaitu;
·
Pertama,
Saya OK—Kamu OK
·
Kedua,
Saya OK—Kamu Tidak OK
·
Ketiga,
Saya Tidak OK—Kamu OK
·
Keempat,
Saya Tidak OK—Kamu Tidak OK.
Masing-masing
dari posisi itu berlandaskan pada keputusan yang dibuat seseorang sebagai hasil
dari pengalaman masa kecil. Bila, keputusan yang telah diambil, maka umumnya
dia akan bertahan pada keputusannya itu, kecuali bila ada intevensi (konselor
atau kejadian tertentu) yang mengubahnya. Posisi yang sehat adalah posisi dengan
perasaan sebagai pemenang atau posisi Saya OK—Kamu OK. Dalam posisi tersebut
dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang
terbuka. Saya OK—kamu tidak OK, adalah posisi orang yang memproyeksikan
masalah-masalanya kepada orang lain dan biasanya melimpahkan kesalahan pada
orang lain, ciri pada posisi ini menunjukan sikap arogan, menjauhkan seseorang
dari orang lain dan mempertahankan seseorang dari teralinasi. Saya Tidak
OK—Kamu OK , adalah posisi orang yang mangalami depresi, merasa tidak kuasa
dibanding dengan orang lain dan cenderung menarik diri atau lebih suka memenuhi
keinginan orang lain daripada keinginan diri sendir. Saya Tidak OK—Kamu Tidak
OK, adalah posisi orang yang memupus semua harapan, bersikap pesimis, dan memandang
hidup sebagai sesutau yang hampa.
2.3ASUMSI PERILAKU
BERMASALAH
Pendekatan analisis transaksional berlandaskan
suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan
transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga
kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual
proses terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan
konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa
yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional berasumsi
bahwa manusia itu:
1.
Manusia
memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia
selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat
manusia selalu berubah, yaitu :
a. Manusia (klien)
adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia
dan mereka berusaha melakukan perubahan.
b. Adanya kebosanan,
kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton,
kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
c. Keadaan yang
monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu
terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
2. Manusia bisa
berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat
diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan
perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang
membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus
dan berupaya melakukan perubahan.
3. Manusia sanggup
melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia
mau). Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and
now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana
sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi AT,
manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah
persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu,
tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa
lalunya.
4. Manusia bisa
belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.
5. Manusia sanggup
untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan
tingkah laku baru.
6. Manusia bertingkah
laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain.
7. Manusia dilahirkan
bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana
yang diperintahkan.
2.4TUJUAN KONSELING
Tujuan
utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat
keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan arah hidupnya. Individu
memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan
awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih
baik. Inti terapi ini adalah mengganti kearah gaya hidup yang otonom yang
memiliki ciri-ciri: kesadaran, spontan,intim,dengan menggunakan game dan naskah hidup. Individu juga
belajar menulis kembali naskah hidup mereka (Corey,1986,p.158).
Menurut
Harris (1967) melihat tujuan Analisis Transaksional sebagai membantu individu
agar memiliki kebebasan memilih kebebasan mengubah keinginan, kebeasan mengubah
respons-respons terhadap stimulus yang lazim maupun yang baru (h.82)
Tujuan
utama dari terapi analisis transaksional dalam Sayekti Pujosuwarno (1993:27)
adalah :
1. Membantu klien
untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah
laku dalam kehidupannya.
2. Memberikan kepada
klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta
keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari
cara-cara yang bersifat deterministic.
3. Memberikan bantuan
kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk
memantapkan dan mematangkan status egonya.
Adapun tujuan-tujuan khusus pendekatan
Analisis Transaksional adalah:
1. Konselor membantu
konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat.
2. Konseli dibantu
untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri.
3. Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam
berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan.
4. Konselo dibantu
untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru
atas dasar keasadaran.
BAB III
PENUTUP
3.1SIMPULAN
Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses
pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi pun dikenal
transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal.
Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam
proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang
dipertukarkan).
Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu
transaksional ( interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab ) dimana
masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi
tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses
timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.
Berne mengamati bahwa kehidupan
sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa,
dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga
status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat
merupakan sumber-sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik karena hanya menerapkan satu jenis status ego saja (
SEA,SEO, atau SED ).
3.2SARAN
Diharapkan para konselor untuk menggunakan
pendekatan Analisis Transaksional apabila menemui masalah seperti diatas.
Karena menurut kelompok kami pendekatan Analisis Transaksional tersebuttepat
untuk menangani masalah seperti diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari,
Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik
Konseling. Jakarta:
PT Indeks
PT Indeks
Sukardi,
Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori
Konseling. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Ghalia Indonesia
Correy,G.1982.Ttheory and Practice Of
Counseling and Psycotheraphy. California: Cole Publishing
Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar