Jumat, 20 Oktober 2017

JENIS – JENIS PENELITIAN




Penelitian dapat dilakukan melalaui berbagai jenis. Masing-masing jenisnya memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Penggunaannya berdasarkan pendekatan yang ingin dilakukan dalam penelitian. Untuk lebih memahaminya dengan jelas, berikut ini akan dipaparkan beberapa kategori dan jenis penelitian :
      1.      Jenis Penelitian Menurut Pendekatan Analitik
Pendekatan analitik dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini menekankan analisis pada data-data  numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metode statistik. Pendekatan ini dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyadarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pendekatan ini terbagi lagi menjadi dua yaitu :
1)     Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
2)     Penelitian Inferensial
Penelitian ini adalah penelitian yang fokus menganalisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis.
b.      Penelitian Kualitatif
Pendekatan ini menekankan proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati. Pendekatan ini selalu menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konsep sensivitas pada masalah yang dihadapi, juga lebih menekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.
             2.      Jenis Penelitian Menurut Tujuan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dibagi menjadi :
a.       Penelitian Eksploratif
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat berupa pengelompokkan suatu gejala atau fakta tertentu. Namun penelitian ini memakan banyak waktu dan biaya, karena membutuhkan eksplorasi dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.
b.      Penelitian Pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Penelitian ini bisa digunakan untuk meneliti pemanfaatan terapi guna menyembuhkan penyakit tertentu.
c.       Penelitian Verifikatif
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Fenomena harus dibuktikan secara klinis dan farmakologis, apakah memang hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
             3.      Jenis Penelitian Menurut Waktu
a.       Penelitian Longitudinal
Penelitian in iadalah penelitian yang membutuhkan waktu penelitian yang lama dan memerlukan biaya yang relative besar. Penelitian ini juga melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan perubahan suatu hal sesuai dengan berlangsungnya perubahan waktu.
b.      Penelitian Kohort
Penelitian ini sering juga disebut penelitian berkelanjutan atau penelitian insidensi. Penelitian ini dimulai dengan sekelompok orang atau kohort yang bebas dari penyakit, kemudian diklasifikasikan kedalam subkelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit (outcome).
c.       Penelitian Lintas Bagian (Cross-Sectional)
Penelitian ini adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada periode tertentu.
d.      Penelitian Kasus Kontrol (Case Control)
Penelitian ini adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit. Penelitian ini membandingkan kelompok kasus dan kelompok control berdasarkan status paparannya.
             4.      Jenis Penelitian Menurut Rancangan
a.       Penelitian Korelasional (Correlational Research)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
b.      Penelitian Kausal-Komparatif (Causal Comparative Research)
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat .
c.       Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True Experimental Research)
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan dengan memperbandingkan hasil dengan satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
d.      Penelitian Eksperimental-Semu (Quasi Experimental Research)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan prakiraan informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasikan semua variabel yang relevan.
e.       Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini bertujuan  mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau dunia actual yang lain. Penelitian ini dapat dilakukan pada program pendidikan yang bertujuan menemukan cara yang  tepat dalam pengajaran.

Daftar Pustaka Oleh :
Damayanti, Deni. 2016. Pintar Menulis Karya Ilmiah Sejak Bangku Kuliah, Esai, Jurnal, Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah Populer. Yogyakarta : Araska Publisher.

Rabu, 11 Oktober 2017

LATIHAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan Konseling sebagai sejatinya merupakan suatu kesatuan integral antara pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis dan upaya pemecahan masalah individu. Begitupula halnya cakupannya dalam hal masalah pada tingkat peserta didik di lembaga pendidikan dasar. Pada banyak kasus ditemukan kesenjangan maupun hal yang dianggap tidak sejalan sejalan dengan harapan maupun proses pendidikan yang dilaksanakan.
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebih-lebih bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau gagal.
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan.
      Berhubung dengan itu saat ini indonesia sering melakukan perrubahan-perubahan dalam kurikulum, mulai dari kurikulum 1975-2007 saat sekarang ini. Saat ini pendidikan di Indonesia memakai kurikulum satuan pendidikan yang dilaksanakan diseluruh sekolah dipenjuru Indonesia. Namun masalahnya kurikulum tersebut tidak merata sosialisasinya disekolah. Ini merupakan salah satu yang menyebabkan anak-anak disekolah mengalami kesulitan belajar. Ini dikarenakan  Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai dan tingkat materinya juga sudah tinggi. Selain itu khususnya di kota Padang adalah salah satu daerah yang rawan sekali terhadap bencana ini juga sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis anak yang menyebabkan aktivitas belajarnya terganggu, juga dengan aktivitas  pendidikan dikota padangpun ikut terggangu. Faktor-faktor tersebut dapat menghambat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, sehingga menimbulkan gejala kesulitan dalam belajar. Kadang kala hambatan itu disadari oleh siswa namun ada juga yang tidak disadarinya sehingga mereka larut dalam kesulitan belajar yang berkepanjangan tanpa adanya penyelesaian.
Berdasarkan tanda-tanda tersebut maka seorang guru atau konselor sekolah perlu memberikan bantuan berupa mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan melakukan pengajaran perbaikan. Tujuannya adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan dapat meningkatkan prestasinya, sehingga tidak tertinggal dari kelompoknya.


Adapun kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah:
            1.      identifikasi kasus dan masalah
            2.      melokalisasi letak dan jenis kesulitan belajar
            3.      melokalisasi factor penyebab kesulitan belajar
            4.      perkiraaan bantuan, 
            5.      pelaksanaan bantuan
            6.      tindak lanjut.
Jika semua masalah yang dihadapi siswa telah terentaskan khususnya masalah belajar, dampak positif yang lebih jauh adalah meningkatkan prestasi belajar yang selanjutnya dapat dijadikan modal dasar dalam belajar kelak. Sehingga pada akhirnya semua yang diusahakan melalui pendidikan ini akan mampu menciptakan manusia- manusia yang berkualitas dibidang masing-masing dan memberikan kepuasan tersendiri bagi individu dan keluarga, khususnya orang tua yang memiliki harapan besar terhadap anak-anaknya.
Berangkat dari fenomena yang penulis tulis ini, maka sebagai konselor dan calon guru perlu sekali untuk mengatasi permasalahan  belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak-tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan








1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
       1.      Apakah Identifikasi Kasus itu?
       2.      Bagaimana Lokalisasi Jenis dan Sifat Kesulitan Belajar?
       3.      Apakah yang dimaksud dengan Prognosis?
       4.      Bagaimana proses remedial dalam mengatasi masalah kesulitan belajar?
       5.      Bagaimana Evaluasi dan Tindak Lanjut kesulitan belajar?


1.3Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan dari rumusan masalah yang ada diatas dan untuk memberikan pemahaman bagi penulis dan pembaca tentang rumusan masalah tersebut.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 IDENTIFIKASI KASUS
       A.     Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut:
       a.       Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu.
       b.      Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
·         Meneliti nilai ujian
·         Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
·         Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
·         Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
·         Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.
Identifikasi ini bertujuan untuk menentukan siswa-siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat dilakukan untuk menemukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan cara sebagai berikut:
·         Melihat nilai yang diperoleh siswa dari ujian  semester dan ujian harian
·         Melaksanakan tes setelah bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa
·         Membandingkan hasil ujian yang pada legger nilai standar tujuan pendidikan
·         Membuat profil chart secara keseluruhan
·         Menganalisis hubungan sosialnya.
·         Menganalisis perilaku yang berkaitan dengan pross belajarnya.
Adapun ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
a.       Menunjukan nilai yang rendah atau di bawah rata-rata kelas dibandingkan dengan kelompoknya
b.      Tidak seimbang usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh
c.       Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
d.      Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki
e.       Menunujukan gejala tingkah laku yang berlebihan atau menunjukan tingkah laku yang menyimpang.
f.        Menunjukan gejala emosional yang berlebihan
Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut:
a)     Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya);
b)     ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin);
c)      partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi);
d)     kemampuan kerjasama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya.

    1.     Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif
Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu(40-50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa siswa yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan siswa yang tepat waktu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi siswa itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar.
    2.     Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidak hadiran (Absensi)
Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya.
     3.     Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat)
Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilan-keterampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini merupakan catatan partisifasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui siswa mana yang aktif di kelas, dan mana yag pasif.
      4.     Penggunaan Catatan dan Bagan Sosio metri
Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam kerjasama ini dibutuhkan suatu  kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana siswa yang memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana siswa yan disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan siswa yang terisolasi ini sebagai siswa yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.

2.2Lokalisasi Jenis dan Sifat Kesulitan Belajar
Pada langkah pertama sifatnya adalah umum, karena hanya mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan langkah ke dua adalah melokalisasi letak kesulitan belajar, maksudnya adalah menentukan kesulitan dalam mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan  mana yang tidak mengerti oleh siswa.
Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut:
     a.       Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya. 
     b.      Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
     c.       Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
Sebagai catatan umum, kedua langkah pokok 2.a. dan 2.b. di atas itu dalam pelaksaannya dapat ditempuh dengan beberapa strategi pendekatan, antara lain
1.      Dalam  konteks sistem instuksional yang konvensional, Pelaksanaan pengumpulan  informasi dalam rangka mengidentifiksi kasus dan permasalahan ini dapat di tempuh dua cara:
·         Diintegrasikan dengan kegiatan instruksional, khususnya dalam pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan design pre-post-test yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan tujuan-tujuandan fungsi-fungsi diagnsotik;
·         Dilakukan secara khusus
2.      Dalam konteks sistem instruksional yang inovatif, sebenarnya pekerjaan diagnostik ini sudah merupakan hal yang inheren dengan sistem dan program instruksionalnya sendiri, misalnya :
·         Dalam sistem pengajaran berprograma (programmed instruction), khususnya yang menggunakan mesin belajar mengajar (teaching machine) atau sistem pengajaran berbantuan komputer ( CIA, computer assisted intruction, pada hakekatnya sepanjang proses belajar merupakan suatu rangkaian diagnotik remedial, dimana kalau siswa salah memilih satu alternatif jawaban (tombol mesin) maka secara otomatis akan memperoleh response (pemberitahuan) salah benarnya performance belajar siswa; kalau jawaban itu benar dapat lanjutkan dengan program berikutnya, tetapi kalau jawabannya salah atau keliru ia harus segera memperbaikinya;
·         Begitu pula dalam sistem pengajaran modul (modular intruksional syistem) dimana unit demi unit atau modul demi modul hanya dapat diteruskan dengan modul berikutnya setelah mendapat umpan balik (feedback) dari pekerjaan pada setiap modul itu telah tuntas (mastery) barulah dapat mulai dengan kelanjutannya, tetapi kalau ternyata terdapat beberapa kesalahan atau program remedial sebagai koreksi terhadap program aslinya sebelum diperkenalkan melanjutkannya, atau alternatif lain diberikan program pengayaan (enrichment program).





2.3Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Pada garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu:
      a.       Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
·         Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensia,atau kecakapan / bakat: khusus tertentu yan dapat diketahui melalui test tertentu.
·         Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, kaena sakit dan sebagainya.
·         Gangguan, yang bersifat emosional
·         Sikap dan kebiasaan yang  salah dalam mempelajari bahan pelajaran bahan  pelajaran tertentu.
·         Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar pelajaran-pelajaran tertentu.
      b.      Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:
·         Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif learning”)
·         Sifat kurikulum yang kuran fleksibel.
·         Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.
·         Beban belajar yang terlampau berat.
·         Metode mengajar yang kurang memadai.
·         Sering pindah sekolah.
·         Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
·         Situasi rumah yang kuran mendorong untuk melakukan aktivitas belajar.
Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain:
·         Test kecerdasan
·         Test bakat khusus
·         Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
·         Inventory
·         Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.
·         Mengadakan observasi  yang intensif baik dalam maupun di luar kelas
·         Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila dipandang perlu.

2.4Prognosis
Prognosis menunjuk pada aktifitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:
·         Bentuk treatmen yang harus diberikan
·         Bahan atau materi yang diperlukan
·         Metode yang akan digunakan
·         Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
·         Waktu kegiatan dilaksanakan
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana  atau alternatif-alternatif rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi :
a.       Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.
b.      Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat diberikan oleh guru mata kuliah yang tahu persis tentang berbagai kesulitan yang bisa di alami siswa dalam mata pelajarannya.
Rencana ini harus berisi tentang:
a.       Jadwal kegiatan pemberian bantuan.
b.      Cara bantuan diberikan.
c.       Tempat.
d.      Petugas yang akan memberikan bantuan.
e.       Tindak lanjut bantuan.







2.5Remedial
Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus) yaitu Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
Pembelajaran remedial (Remedial Teaching) merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial
2.6Evaluasi dan Tindak Lanjut
a.        Evaluasi
·         Siswa : setelah diberikan pengajaran perbaikan dan informasi tentang bagaimana belajar yang baik, anak mulai memperhatikan pelajaran yang diajarkan dan mulai mengerjakan tugas dengan benar.
·         Orang tua : orang tua mulai mengubah sikap pada anaknya lebih mengontrol dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajar.
·         Guru kelas : guru kelas lebih memperhatikan siswa dalam belajar dengan memberikan penjelasan ketempat duduk siswa ketika siswa tidak mengerti dengan materi yang dijelaskan.

b.        Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa :
1.      melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi.
2.      membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa.
3.      Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.
4.      Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
Tindak lanjut bisa berupa :
·         Kepada siswa : memberikan penguatan positif  berupa semangat dan dukungan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
·         Kepada Orangtua : orang tua sudah lebih memperhatikan kebutuhan belajar anaknya, seperti menyuruh anak belajar dengan teratur setiap hari dan lebih memberikan motivasi kepada anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
·         Kepada wali kelas : wali kelas diharapkan lebih memperhatikan kedua siswanya ini dalam belajar sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal











BAB III
PENUTUP
              3.1Kesimpulan
Dari  uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan diagnosis kesulitan belajar ini dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar siswa, sehingga segala bentuk kesulitan belajar pada siswa dapat terentaskan dengan baik dan kegiatan belajar mengajar menjadi lancar dan dapat lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang memerlukan waktu dan  tenaga. Oleh karena itu diagnosis kesulitan belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja lembaga pendidikan. Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar siswa dapat dicegah dan diatasi.
             3.2 Saran
Melaui penulisan makalah ini dapat diperoleh manfaat bahwa sebagai seorang calon guru, tidak hanya mengetahui  kesulitan belajar siswa tersebut sehingga guru dapat memahami  pula bagaimana sesungguhnya kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan sedetil mungkin yang menyebabkan  siswa menjadi kesulitan dalam belajar.



DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar, ed.II. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Retnanto.2013. Mengenal Kesulitan Belajar Anak. Yogyakarta: STAIN Kudus-Idea Press.
Wood, Derek, dkk . 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta : Katahati.

Yusuf, Munawir, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Abdurrahman mulyono, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta :Rineka Cipta.

Entang, 1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.