Jumat, 06 Oktober 2017

BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK KESULITAN BELAJAR



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bimbingan Dan Konseling Untuk Kesulitan Belajar”.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai bimbingan konseling belajar serta kedudukannya dalam proses belajar mengajar dan penanggulangan kesulitan belajar dengan bimbingan konseling belajar. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang ditulis penulis ini masih banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.


 
Kendari,     Oktober 2017

                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Penulis                               

                              
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI  
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN  
2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Belajar
2.2 Kedudukan Bimbingan dan Konseling Belajar dalam PBM
2.3 Kesulitan Belajar Perspektif Bimbingan dan Konseling
2.4 Penanggulangan Kesulitan Belajar dengan BK Belajar

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan  
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan Konseling sebagai sejatinya merupakan suatu kesatuan integral antara pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis dan upaya pemecahan masalah individu. Begitupula halnya cakupannya dalam hal masalah pada tingkat peserta didik di lembaga pendidikan dasar. Pada banyak kasus ditemukan kesenjangan maupun hal yang dianggap tidak sejalan sejalan dengan harapan maupun proses pendidikan yang dilaksanakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan “ gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kita belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi dengan satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati bendera sang merah putih, kita mengemudika kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak disebutkan satu per satu karena jumlanya ribuan namun mengisi kehidupan sehari-hari. Maka dari itu kita perlu tahu apa itu belajar, hakikat belajar dan ciri-ciri khasnya.
Seorang peserta didik dapat mencapai/memperoleh prestasi maksimal dengan bakat intelegensi dan usaha yang dilakukannya, serta faktor pendukung lainnya seperti dukungan orang tua, sarana, kondisi sosial masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Namun demikian, terdapat pula peserta didik yang cenderung berada dibawah rata-rata, baik dalam hal prestasi belajar maupun dalam aktivitas belajar itu sendiri. Rendahnya pencapaian siswa yang berada dibawah rata-rata tersebut patut untuk dilihat masalahnya serta faktor penyebabnya. Karena tidak jarang ditemui peserta didik yang memiliki bakat intelegensi tinggi, serta memperoleh dukungan dari luar yang baik, namun secara prestasi dan kemampuan belajarnya kurang. Hal inilah yang harus dikaji secara teliti.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses belajar pada lingkup pendidikan diantaranya ialah masalah “Kesulitan Belajar”. Kesulitan belajar dapat terjadi pada siapapun, kapanpun dan pada jenjang manapun.  Kesulitan belajar dapat berasal dari kemampuan intelegensi peserta didik maupun dari luar peserta didik (orangtua, lingkungan sekitar, dll).
Pada lembaga banyak sekolah khususnya yang belum memiliki kegiatan/program layanan dan bantuan konseling, masalah kesulitan belajar menjadi hal yang berlalu begitu saja. Bahkan kerap ditemui adanya anggapan miring bagi peserta didik yang berprestasi rendah sebagai anak yang “bodoh” . dalam kasus lain yang mungkin sekolahnya memiliki layanan dan bantuan konseling pun belum tentu dapat mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik. Selain pada lembaga sekolah, masalah juga datang dari Orangtua yang ber-ekspektasi terlalu tinggi, sehingga memberikan pressure yang ketat pada anak, tanpa mengetahui persoalan psikis yang mungkin dialami oleh peserta didik.
Hal lain yang harus dicermati ialah bahwa perbedaan jenjang pendidikan juga menentukan metode, pendekatan dan tehnik  yang digunakan dalam penanganan masalah. Posisi konselor pada jenjang pendidikan. Keprihatinan terhadap kondisi tersebut mendorong untuk dilakukannya kajian secara intensif terkait dengan “Kesulitan Belajar”.
Dalam tulisan ini akan diulas kembali kesulitan belajar dengan seting lembaga pendidikan. Hal ini menjadi sudut kajian yang berbeda karena sejatinya sekolah merupakan terminologi yang digunakan untuk lembaga Pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling belajar?
2.      Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling belajar dalam proses belajar mengajar?
3.      Bagaimana kesulitan belajar perspektif bimbingan dan konseling?
4.      Bagaimana penanggulangan kesulitan belajar dengan bimbingan dan konseling belajar?

1.3Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa itu BK Belajar.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah kedudukan BK Belajar dalam proses belajar mengajar.
3.      Untuk mengetahui perspektif BK terhadap kesulitan belajar.
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan kesulitan belajar dengan bimbingan dan konseling belajar.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
1.     Bimbingan dan Konseling Belajar
Bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkugannya ( Shertzer and Stone 1971:40)
Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.( Menurut Winkell (2005 : 34))
Konseling adalah pertalian timbal balik antara dua orang atau lebih dimana satu orang sebagai pihak yang membantu dengan yang lain sebagai konseli, supaya ia dapat memahami dirinya dan hubungannya dengan masalah yang dihadapinya pada waktu sekarang atau yang akan datang.
Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilakn perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap (menurut Winkell).
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konsta dan berbekas.
Setelah  ditarik kesimpulan maka pengertian bimbingan dan konseling belajar adalah bimbingan yang tujuannya untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah belajar.
2.     Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau dapat juga dikatakan sebagai Gangguan Belajar Defisiensi pada kemampuan belajar spesifik dalam konteks intelegensi normal dan adanya kesempatan untuk belajar. Kesulitan belajar dapat berarti bahwa telah terjadi suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Definisi lainnya adalah bahwa kesulitan belajar merupakan situasi dimana murid/peserta didik merasakan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya .
Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlikan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. “Kesulitan belajar” dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan tersebut dapat disadari dan tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajar.
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Kesulitan tersebut dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga atau bahkan dalam hubungan persahabatan dan bermain. Siswa dengan kesulitan belajarnya tentunya akan sangat mengganggu ia dalam mencapai prestasi belajar. Kesulitan belajar  merupakan kelainan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar. Cakupan pengertian anak berkesulitan belajar yaitu anak yang secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara  optimal, prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai  dengan bakat dan kemampuannya. Anak berkesulitan belajar secara nyata mengalami kesulitan  dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umumbaik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.
2.2 Kedudukan BK Belajar dalam PBM
Ketidak berhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya pada satu faktor akan tetapi kepada banyak faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar.
Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses. Yang penting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
Bila telah ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan,kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada :
a.       Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
b.      Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang dipelajarinya.
c.       Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat siswa yang sifanya individual dan usaha yang dilakukannya
d.      Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik individu.
e.       Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya.
f.        Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya apa cukup dengan mengulang dengan cara yang sama mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.
Jelaslah sudah kedudukan diagnosis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar.
2.3Kesulitan Belajar Perspektif Bimbingan dan Konseling
Setelah mengetahui definisi dari para ahli terkait kesulitan belajar, maka selanjutnya ialah menelaah ruang lingkup kesulitan belajar dari sudut pandang kajian bimbingan dan konseling.
1.     Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Berdasarkan pada jenisnya kesulitan belajar ini terdiri atas beberapa gangguan yang dialami oleh peserta didik, dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara gangguan yang diderita oleh peserta didik sekolah dasar umum maupun yang ada di Madrasah ibtidaiyah. Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik pada jenjang madrasah ibtidaiayah ini secara umum berwujud dalam bentuk lemahnya kemampuan dalam membaca (Disleksia), menulis (Disgrafia) dan menghitung (Diskalkulia).
Sedangkan dari sisi gejala nya dapat dilihat ketika dilakukannya observasi pada saat kegiatan pembelajaran dimana peserta didik menunjukan sikap/perilaku, sulit memerhatikan pelajaran, gugup, cepat lelah, tidak tenang, selalu menggangu teman, malas, sukar berkomunikasi dan lain-lain. Selain itu terdapat bentuk lain dari kesulitan belajar yang bisa terlihat pada jenjang peserta didik di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, seperti perilaku menyontek, kejenuhan, rendahnya motivasi belajar, anak dengan “underachiever” dan anak “Slow Learner”.
2.     Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar
Hal yang melatar belakangi terjadinya kesulitan belajar ini dapat diklasifikasikan pada 2 (dua) sumber, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
a.       Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, baik itu yang bersifat bawaan (turunan) maupun hasil interaksi individu dan proses belajar pribadi individu yang telah melekat didalam pribadinya.
1)      Aspek kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi peserta didik
2)      Aspek afektif (ranah rasa), seperti kondisi emosi dan sikap yang labil/tidak terkendali.
3)      Aspek psikomotorik (ranah karsa), seperti rendahnya/terganggu/terbatasnya alat penginderaan (penglihatan dan pendengaran).
b.       Faktor eksternal
Faktor eksternal sejatinya ialah segala bentuk hambatan yang berasal dari luar diri peserta didik, diantaranya:
1)      Lingkungan Keluarga
2)      Lingkungan Masyarakat
3)      Lingkungan Sekolah.
Rumusan lainnya memberikan deskripsi faktor eksternal berupa:
  • Kurikulum yang seragam
  • Terlalu berat tujuan belajar
  • Terlalu banyak murid dalam satu kelas
  • Kelemahan dalam kondisi rumah tangga
  • Kurang gizi
  • Terlalu banyak kegiatan diluar jam sekolah.
3.     Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar
Setelah mengetahui faktor penyebab dari terjadinya kesulitan belajar serta mengetahui gejala yang terlihat pada peserta didik, maka langkah sistematis yang dapat dilakukan selajutnya ialah dengan dengan melakukan kegiatan identifikasi terhadap jenis kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Cara Pertama, dapat dilakukan dengan menghimpun informasi  terkait peserta didik yang terdiri atas:
a.       Penetuan nilai rata-rata prestasi setiap kelas
b.      Penetuan rata-rata nilai setiap murid
c.       Membandingkan angka nilai prestasi dari setiap peserta didik dengan angka nilai prestasi rata-rata.
d.      Menghimpun data murid yang memiliki nilai dibawah rata-rata.
e.       Jika hendak melakukan prioritas layanan kepada murid yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka dapat melakukan hal berikut:
·         Selesihkan angka nilai murid yang mengalami kselutan belajar dengan angka nilai rata-rata kelas.
·         Menyusun daftar dengan dimulai dari murid yang memiliki selisih paling besar.
Kedua, yakni dengan mengenali petunjuk khusus yang ada pada diri peserta didik, berupa:
·         Menunjukan prestasi belajar yang rendah, berada dibawah rata-rata kelas.
·         Hasil belajar tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan padahal telah mengerahkan usaha yang keras.
·         Lamban dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran.
·         Bersikap secara tidak wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan lain-lain.
·         Bertingkah tidak seperti biasanya.
·         Anak dengan IQ tinggi, namun memperoleh hasil belajar yan kurang maksimal atau bahkan buruk.
·         Hanya menunjukan prestasi belajar yang baik pada sebagian mata pelajaran, namun rendah pada mata pelajaran lainnya.
Ketiga, setelah mengetahui gejala-gejala yang tampak tersebut maka selanjutnya menuntut dilakukannya penyeledikan lebih lajut dengan cara:
·         Observasi
·         Interviu
·         Dokumentasi
·         Tes diagnostic
2.4Penanggulangan Kesulitan Belajar dengan BK Belajar
Langkah penanggulangan terhadap masalah kesulitan belajar peserta didik yang telah diketahui secara pasti sebab/faktor munculnya, teridentifikasi jenis kesulitannya dan telah cukup informasi terkait peserta didik, maka selanjutnya ialah mengarah pada langkah Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Diagnosis (pengambilan keputusan), Prognosis (penyusunan program), treatment, model intervensi dan evaluasi dari persoalan kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Namun terlebih dahulu harus diketahui secara jelas tujuan pemberian bantuan dan prinsip pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
1.     Tujuan pemberian layanan
Hal pertama yang harus diingat adalah bahwa proses pemberian layanan bimbingan dan konseling harus memiliki tujuan yang jelas, dimana acuannya adalah bertitik tolak dari masalah yang dihadapi peserta didik. Tujuan pemberian layanan ini seyogyanya menjawab persoalan kesulitan belajar. Dalam hal ini konselor membantu membebaskan peserta didik dari  kesulitan belajar sehingga memungkinkannya untuk dapat belajar dengan baik, mengembangkan potensi diri (kognitif, afektif & psikomotoriknya), memandirikan serta mencapai tarap maksimal tari tugas perkembangannya.
2.     Prinsip Layanan
Prinsip-prinsip dalam pemberian bantuan bagi peserta didik dengan kesulitan belajar seorang konselor harus mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, sehingga pemberian bantuan akan bersifat proporsional dan menghindarkan terjadinya kesalahan dalam pemberian layanan.
3.     Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut ini:
·         Kunjungan Rumah (Meneliti Pekerjaan Anak)
·         Case Study (Meniliti Tugas Kelompok)
·         Case History (Melakukan tes (IQ/Prestasi)).
·         Daftar Pribadi
·         Pengolahan Data
Daya yang terkumpul kemudian diolah dengan cara:
·         Identifikasi kasus
·         Membandingkan antar kasus
·         Membandingkan antar hasil tes
·         Menarik kesimpulan
·         Diagnosis
Diagnosis disini mengarah pada keputusan tentang penentuan hal ihwal kesulitan belajar, yakni:
·         Keputusan tentang tingkat kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
·         Keputusan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik.
·         Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Sebagai bahan pertimbangan bahwa hasil dari diagnosis tersebut sangat mungkin menunjukan tingkat kesulitan/masalah yang berada diluar jangkauan kemampuan konselor, oleh karenannya dibutuhkan ahli dibidang ilmu lainnya, seperti Dokter, Psiklog, Sosiolog, Kesiswaan, dan tentunya orang tua peserta didik.
4.      Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
                 Kegiatan belajar mengajar dikelas bukanlah hanya sebuah kegiatan transfer ilmu semata, tapi lebih jauh lagi dalam hal penyiapan dan pembentukan generasi yang lebih kompenten pada bidang yang pilihnya. Tentunya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dikelas tidaklah semudah dalam sinetron yang "tiba-tiba" menjadi pintar tanpa upaya maksimal baik dari guru, siswa , sekolah dan aspek lainnya yang mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Dibutuhkan dukungan dari semua aspek yang menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah dan salah satunya adalah tingkat kemampuan guru dalam menemukan dan melayani perbedaan individu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
a.      Identifikasi
         Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut:
·         Data dokumen hasil belajar siswa.
·         Menganalisis absensi siswa di dalam kelas.
·         Mengadakan wawancara dengan siswa.
·         Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
·         Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang dihadapi.
b.      Diagnosis
         Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
·          Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
·          Keputusan mengenai factor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar
·          Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang menjadi kesulitan belajar
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara ;
·          Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu
·          Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut
·          Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
c.       Prognosis
Prognosis menunjuk pada aktifitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:
·         Bentuk treatmen yang harus diberikan
·         Bahan atau materi yang diperlukan
·         Metode yang akan digunakan
·         Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
·         Waktu kegiatan dilaksanakan
d.      Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang diberikan antara lain melalui:
·        Bimbingan belajar kelompok
·        Bimbingan belajar individual
·        Pengajaran remedial
·        Pemberian bimbingan pribadi

Selain hal di atas, dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap siswa yang masing-masing individunya berbeda, maka seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

1.       Menemukan perbedaan individu siswa
Setiap individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi banyak faktor yang membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu siswa dapat dikelompokan menjadi:
a.       Perbedaan vertikal yaitu perbedaan pada segi fisik setiap individu, misal; tinggi - sedang - pendek, gemuk - sedang - kurus, sehat - tidak sehat dan lain sebagainya.
b.       Perbedaan horizontal yaitu perbedaan pada segi psikis dan sosial setiap individu, misal; kemampuan, bakat, minat, emosi, hasil belajar dan lain sebagainya.
c.       Perbedaan individu diatas dipengaruhi oleh faktor keturunan (bakat) dan faktor lingkungan. Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol.
Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki oleh siswa.

2.       Memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa.
Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.Tetapi hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit dilaksanakan bagi mereka yang belum terbiasa dalam upaya pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
Kesulitan-kesulitan yang paling mudah kita temukan dalam lingkungan disekitar kita misalnyaterbatasnya waktu yang disediakan oleh sekolah dalam suatu pertemuan pembelajaran di kelas akan membuat guru tidak maksimal dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan perbedaan setiap individu walaupun hal ini sudah direncanakan dalam program pengajaran yang akan atau sedang dilaksanakan. Jika kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini memang sangat sulit dipecahkan maka guru tidak perlu memaksakan diri sampai diluar batas kemampuannya. Minimal guru mampu melaksanakan pada tahap yang dapat dilaksanakannya, misalnya terhadap siswa yang memiliki kemampuan cepat dalam menyerap materi pelajaran maka guru bisa saja memberinya materi atau tugas tambahan untuk dikerjakannya diluar sekolah, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan kurang maka guru dapat memberinya materi yang sesuai untuknya. Siswa yang memiliki bakat menonjol bisa di beri kesempatan atau diberi fasilitas untuk mengembangkannya sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar maka perlu dibantu agar siswa tersebut dapat mengatasi kesulitannya. Dan perludikembangkan menurut keadaan dan kemampuan dilingkungan sekolahnya masing-masing.

3.       Melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini biasanya guru BK.

4.       Anjuran menggunakan obat-obatan dan terapi yang tersedia
Sekarang ini banyak anak yang menderita gangguan pemusatan perhatian yang merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar dan mereka memperoleh manfaat dari terapi obat-obatan. Tiga macam obat-obatan yakni Ritalin (methylphenidate), Dexedrine (dextroamphetamine), dan Cylert (pemoline), dtelah sokses digunakan. Meskipun demikian obat-obatan ini merupakan stimulan dengan ketegori yang sama dengah obat diet. Obat-obatan tersebut dapat meredakan kegelisahan, namun dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan kemampuan sang anak untuk memusatkan perhatian. Obat-obatan tersebut juga dapat membantu mengendalikan dorongan hati yang meledak-ledak serta perilaku hiperaktif. Tentunya penngunaan obat-obatan tersebut sesuai dengan dosis atas anjuran dari dokter yang menangani.
Selain obat-obatan yang dianjurkan dokter, terdapat pula terapi oleh dokter atau spesialis. Beberapa terapi kelihantnnya terdengar olmiah dan masuk akal, tetapi sebagian diantaranya adalah murni perdukunan atau penipuan, maka kita harus hati-hati. Berikut adalah terapi yang tidak terbukti efektif dalam menangani anak-anak penderita lambat belajarbatau gangguan pemusatan belajar (kesulitan belajar), yaitu megavitamin, lensa berwarna, diet khusus, diet gula-gula, dan rangsangan atau manipulasi pada tubuh.

5.       Orang tua turut mengembangkan rasa percaya diri pada anak dan kemampuan untuk membangun relasi yang sehat dengan orang lain.

6.       Menumbuhkan harapan yang positif pada diri anak.



BAB III
PENUTUP
               3.1Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa kesulitan belajar pada jenjang pendidikan merupakan masalah personal peserta didik yang menjadi penghambat dalam proses belajarnya. Adapun faktor penghambatnya terdiri atas faktor intern dan ekstern. Kesulitan belajar ini dapat terjadi pada peserta didik manapun, serta memungkin terjadi secara berulang sebagai akibat dari perubahan situasi yang ada dalam diri individu maupun lingkungannya.
Penanganan terhadap kesulitan belajar ini akan menjadi mudah apabila unsur-unsur utama yang ada disekitar peserta didik memahami letak masalah yang dihadapi, unsur tersebut meliputi orangtua, guru kelas dan konselor. Dan kesadaran yang patut dibangun bagi lingkup luar peserta didik adalah bahwa kesulitan belajar yang dihadapi tidak serta merta menjadi penghambat tumbuh kembang seorang peserta didik, maka usaha penanggulangan menjadi suatu kemutlakan yang harus dilaksanakan.
Secara teoritik dan metodologis, jenis layanan yang diberikan berupa layanan bimbingan dan konseling belajar, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan tehnik intervensinya dapat berfokus pada wilayah kognitif, behavior, psikis bahkan medis. Hal tersebut akan membuka wawasan orangtua dan masyarakat bahwa masalah kesulitan belajar adalah masalah yang dapat diselesaikan melalui berbagi pendekatan keilmuan, khususnya keilmuan konseling.

             3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan kami. Kepada pembaca yang menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang diharapkan dapat menjaga dengan sebaik-baiknya. sebagai penyusun kami berharap makalah ini dapat diterima dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 6.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, Penataan Pendidikan Propesional Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (Bandung: ABKIN-DEPDIKNAS, 2008), hlm. 215.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ed.II, (Jakarta: Rineka Cipta,2011), hlm. 235.
Agus Retnanto, Mengenal Kesulitan Belajar Anak (Yogyakarta: STAIN Kudus-Idea Press, 2013), hlm. 60.
Wood, Derek, dkk . 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta : Katahati.
Yusuf, Munawir, dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar