Sabtu, 24 Februari 2018

LAPORAN STUDI KASUS DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR



    A.   RASIONAL
Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga]Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga.
Diantara krisis yang terjadi dalam rumah tangga adalah :     
              1.       Ketegangan hubungan atau konflik suami istri.
  1. Konflik orang tua dengan anak
  2. Konflik dengan mertua.
  3. Bahkan konflik sesama anak
Menurut David (2013), keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua. Keluarga kacau selalu tidak rukun. 


B.     IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR
1.      IDENTITAS SISWA
a.        Nama                            : Nia Ramadani (NR)
b.      Jenis kelamin                 : Perempuan
c.       Tempat, Tanggal Lahir : Mandonga, 22 Desember 1999
d.      Agama                           : Islam
e.       Kelas                             : XI IPS 3
f.       Alamat                          : BTN Bukit Kartika, Lepo-Lepo
g.      Anak ke-                       : Tiga
h.      Jumlah Saudara             : Empat
i.        Suku                              : Jawa
j.        Tinggal bersama            : Orang Tua
k.      Nama Ayah                   : Muh. Isra
l.        Nama Ibu                      : Mega Muliati
m.    Pekerjaan Ayah             : Kuli Bangunan
n.      Pekerjaan Ibu                : IRT
o.      Pendidikan Ayah          : SMA
p.      Pendidikan Ibu             : SMP

2.      ANALISIS PRESTASI BELAJAR
Tentang prestasi belajar anak, hal ini sangat penting, karena prestasi belajar merupakan indikator sebagai tingkat keberhasilan seorang siswa atau anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak pada  anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Seorang anak yang mengalami broken home dalam keluarganya, prestasi belajarnya akan sulit untuk tetap dipertahankan apalagi kalau harus ditingkatkan, sangat sedikit anank yang bisa memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi ketika ia menghadapi masalah broken home.
3.      ANALISIS PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES BELAJAR
Dampak psikologis adalah dampak paling utama yang akan melekat sampai anak yang broken home tersebut dewasa. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan psikologisnya juga baik. Keadaan psikologis yang tidak baik ini lah yang akan berdampak pada  proses belajar anak (siswa) yang tidak baik misalnya saja siswa tidak meiliki motivasi belajar yang membuatnya merasa bahwa belajar itu tidak penting, siswa seringkali tidak berkonsentrasi pada saat prses balajar yang akan membuatnya malas-malasan selama proses belajar seperti tidur-tiduran, mengobrol dengan teman, melamun dan lain-lain, dan siswa memiliki sikap indisipliner yang sangat tinggi misalnya siswa sering terlamabat, siswa sering membolos, siswa sering menyontek dan perilaku indisipliner lainnya. Dari banyaknya masalah yang dihadapi oleh siswa selama proses belajar berlangsung ini, tentu pada akhirnya akan mempengauhi hasil belajar siswa yang tidak memuasakan atau rendah sehingga harus mengukuti remedial yang sering kali ujung-ujungnya siswa tidak naik kelas.
4.      ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL
Orang tua sering berperilaku kasar terhadap anak. Orang tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang. Hampir sepanjang waktu mereka dimarahi atau ditekan. Anak-anak mendapatkan kesan bahwa mereka tidak diinginkan keluarga. Dinamika keluarga dalam hanyak hal sering menimbulkan kontradiksi, karena pada hakekatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai terminal dan tempat berteduh oleh oarang tua. Adakalanya suami terlalu sibuk dengan berbagai urusan di luar rumah dan tidak mau memberikan empati (perhatian) terhadap kesibukan anak.
Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak pada  anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Secara umum anak yang mengalami broken home memiliki keadaan psikologis yang tidak baik yang akan menimbulkan masalah dalam dirinya, yaitu:
1.      Ketakutan yang berlebihan
2.      Tidak mau berinteraksi dengan sesama
3.      Menutup diri dari lingkungan
4.      Emosional
5.      Sensitif
6.      Temperamen tinggi
7.      Labil
Anak yang broken home yang kurang perhatian membuat self esteem dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan. Biasanya dengan memberontak, melakukan bullying, dan bersikap derduktif terhadap lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman keras . (Nurmalasari, 2008).



C.     LOKALISASI JENIS DAN LETAK KESULITAN BELAJAR
1.      JENIS DAN LETAK KESULITAN BELAJAR
Orang tua sekarang ini hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua terutama yang berdiam di kota besar dan atau ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anak. Sedangkan  orang tua yang bermukim di pedesaan, banyak yang berpendidikan rendah dengan bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik dan buruh bangunan. Penghasilan mereka sangat minim sekali, sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat kurang. Hal seperti itu mengakibatkan keluarga mereka selalu ada pertengkaran (kurang harmonis) dan akhirnya anak-anak mereka kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua.
Broken Home secara tidak langsung memberikan efek negatif bagi psikologis pada peserta didik ataupun bahkan pada kesulitan belajar yang didasari pada permasalahan keluarga dimana seorang peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga berdampak pada presentasi mereka.  Namun jika dilihat lebih dalam lagi sebenarnya permasalahan ini tidak begitu mendasar secara umum dan terlihat sebagai permasalahan yang muncul dari diri peserta didik. Akan tetapi merupakan masalah personal yang terlalu dibesar-besarkan sehingga muncul berbagai jenis kesulitan belajar yang sering menghinggapi peserta didik yang berlatar belakang Broken Home antara lain:
a.       kurangnya konsentrasi mengikuti kegiatan belajar
b.      sering berulah/nakal/ribut dalam proses belajar mengajar
c.       labilnya kondisi emosional
d.      hilangnya motivasi untuk belajar
e.       merasa tidak mampu
f.       cepat menyerah
g.       jatuhnya presentasi
h.      adanya kecenderungan berperilaku menyendiri dan tertutup. 

2.      ANALISIS JENIS DAN LETAK KESULITAN BELAJAR
Jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa yang memiliki keluarga yang broken home seperti sisw NR, Merupakan jenis kesulitan yang belajar yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh guru. Broken home sangat mempengaruhi keadaan psikologis siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada hilangnya motivasi untuk belajara, karena anak broken home menganggap memiliki prestasi belajar yang baik tidak berguna sebab ia tidak pernah mendapat perhatian dari orang tuanya. Banyak kesulitan belajar yang sering dialami oleh anak broken home, diantaranya kurang berkonsentrasi, mengantuk saat peoses belajar mengajar sedang berlangsung, terlambat datang kesekolah,menjadi pasif, malas bergaul dengan teman-temannya dan lain-lain.
Kesulitan belajar tersebut sebenarnya jika diperhatikan dengan saksama dipengaruhi oleh hanya satu faktor yaitu faktor motivasi yang sangat kurang terhadapbelajar. Anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan senantiasa berkonsentrasi pada saat proses belajar berlangsung agar pada saat guru bertanyan ia bisa menjawab. Kemudian,mengantuk ini salah satu indikator bahwa apa yang disampaikan oleh guru itu tidak menarik sama sekali bagi siswa, terlambat datang kesekolah menunjukan bahwa siswa yang broken home sekolah bukanlah tempat yang menyenangkan baginya, karena jika bagi siswa yang broken home sekolah itu tempat yang paling menyenangkan bagi dia, maka ia tidak akan bermalas-malasan sehingga membuat ia terlambat.


D.    FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
1.      FAKTOR INTERNAL
Kesulitan belajar bisa terjadi akibat adanya kerusakan secara fisik pada diri anak (impairment), misalnya kehilangan fungsi pengliahatan, pendengaran, dan gangguan pada gangguan gerak motorik, serta anak yang mengalami hambatan perkembangan intelektual. Keadaan kerusakan secara fisik pada diri anak seperti itu dapat menimbulkan kesulitan atau ketidakmampuan tertentu sehingga menghalangi anak untuk belajar. Namun, pada siswa NR tidak mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor internalnya karena siswa NR, memiliki fisik yang sempurna dan tidak mengalami kerusakan pada alat indranya. Jadi siswa NR tidak memiliki masalah dengan fisik maupun alat indranya.
2.      FAKTOR EKSTERNAL
Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak seperti: cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang memadai. Sistem administrasi, waktu belajar yang kurang tepat, situasi sosial di sekolah, dan sebagainya.
Situasi dalam keluarga yang kurang mendukung situasi belajar seperti: kekacauan rumah tangga (broken home). Kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar, kurangnya kemampuan orang tua, dan sebagainya. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan seperti film, bacaan-bacaan, dan sebagainya.
Dalam hal ini, siswa NR mengalami kesuliyan belajar yang disebabkan oleh faktor ekternalnya, yaitu situasin keluarga yang kurang mendukung situasi belajar. Ini disebabkan oleh kurangnya perhatian yang didapat oleh siswa NR sehingga membuat ia kehilangan motivasi unutk belajar, serta selalu memikirkan masalah orang tuanya baik selama proses belajar maupun tidak yang membuat dia sulit untuk berkonsentrasi karena memikirkan hal diluar materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi prestasi belajarnya yang menurun yang malah akan menambah hilangnya motivasi belajar oleh siwa NR.


       E.     PELAKSANAAN BANTUAN
       1.      BANTUAN YANG DIRENCANAKAN
Untuk mencegah dan mengentaskan masalah broken home yang mempengaruhi kadaan psikologis siswa yang akan berdampak pada proses belajar dan hasil belajar siswa yang tidak baik, maka guru BK sebagai konselor harus memberikan layanan-layanan, yang melalui layanan ini diharapkan dapat mencegah dan mengentaskan masalah broken home ini.
a.       Layanan informasi
Menurut Prayitno &Erman Amti (2004:259-260) layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal  yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah  suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.

b.      Layanan bimbingan kelompok
Menurut Prayitno (1995: 61) Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok.

c.       Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
d.      Layanan konseling individu
Layanan konseling individual merupakan layanan yang diselenggarakan oleh seorang guru Bimbingan dan Konseling (konselor) terhadap seorang konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi konseli.  Dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara konseli dan konselor, membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami konseli. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang diri konseli (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia pribadi konseli) bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan konseli, namun juga bersifat spesifik menuju kearah pengentasan masalah.
e.       Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah kegiatan pendukung yang dilakukan oleh guru BK dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang dihadapi oleh siswa dari orang tua, saudara dan sanak keluarga yang lainnya. 

          2.      BANTUAN YANG TERLAKSANA
a.       Bantun Kepada Siswa
1)      Layanan informasi
Layanan ini diberikan untuk memberikan informasi kepada siswa tentang masalah broken home untuk memberikan pemahaman yang cukup kedapa siswa tentang masalah broken home. Informasi yang dapat diberikan yaitu informasi mengenai apa itu broken home, penyebab broken home terjadi, dampak dari broken home dan apa yang harus dilakukan apa bila didalam keluarga terjadi masalah broken home tersebut.
2)      Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok diberikan sebagai fungsi pencegahan kepada siswa. Dalam layanan kelompok ini, konselor membahas suatu topik yaitu broken home, kemudian setelah konselor membahas tentang masalah broken home, kemudian dilakukan tanya jawab anatara konselor dan siswa sebagai konseli tentang topik yang dibahas tersebut.
3)      Layanan Konseling Individu
Pada layanan konseling individu didalam terdapat beberapa asas yaitu, asas keterbukaan dan asas kerahasiaan. Siswa atau konseli diharapkan mampu terbuka dalam menceritakan masalahnya sehingga konselor bisa membantu dalam menyelesaikan msalahnya. Begitu juga dengan konselor, seorang konselor yang menyelanggarakan layanan konseling harus mampu menjaga kerahasiaan  masalah siswa dalam hal  ini yaitu asas kerahasiaan. Agar konseli mau terbuka dalam menyampaikan masalahnya, maka konselor harus mampu meyakinkan konseli agar segala sesuatu yang dibicarakan dilindungi oleh asas kerahasiaan dan dijunjung tinggi oleh konselor demi tercapainya tujuan konseling individual.
b.      Bantuan Kepada Guru
1)      layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal  yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah  suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.  Jadi bantuan yang diberikan kepada guru berupa informasi mengenai bagaimana mengahadapi siswa yang mengalami maslah broken home, sehingga guru mampu merencanakan pemebrian bantuan yang tepat untuk siswa tersebut.


3.      LAYANAN YANG TIDAK TERLAKSANA
a.       Layanan Konseling kelompok
konseling kelompok ini diberikan dengan fungsi pengentasan masalah. Jadi selama kegiatan berlangsung diharapkan agar siswa dapat terbuka dan dapat menjaga rahasia antar sesama konseli agar konseling kelompok ini dapat berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang tetapkan. Berbeda dengan bimbingan kelompok, layana konseling kelompok ini bersifat lebih rahasia (private) sehingga konseli yang akan mengikuti layanan ini harus berjanji terlebih dahulu agar tidak menceritakn apa yang diketahuinya tentang masalah konseli yang lain, diluar kegiatan layanan berlangsung.
b.      Kunjungan Rumah
Kegiatan pendukung kunjungan rumah (home visit), dilakukan karena banyak hal yang harus diketahui secara mendalam oleh konselor tentang masalah siswa (konseli). Ini dilakukan apa bila konselor menghadapi koseli yang meiliki masalah serius terkait dengan masalah broken home ini sehingga kegiatan kunjungan rumah ( home visiy) perlu unutk dilakukan. Kemudian setelah melakukan home visit, konselor dapat menarik kesimpulan tentang masalah yang dihadapi oleh siswa yanti Broken Home.
Kesimpulan itu didapat ketika konselor melakukan kunjungan rumah (home visit) dan bertemu dengan keluarga dengan siswa yang bermasalah tersebut dan melakukan observasi (pengamatan) dan wawancara secara langsung kepada orang tua dan keluarga lainnya. Dengan diadakannnya kegiatan kunjungn rumah (home visit), konselor juga dapat berbincang lang kepada orang taua atau sanak keluarga yang lain tentang msalah yang dihadapi oleh anak mereka. Sehingga konselor lebih muda dalam membantu konseli untuk mengentaskan masalahnya.
Layanan konseling kelompok dan kegiatan pendukung kunjungan rumah (home visit) tidak sempat dilaksanakan karena terkendala waktu, yang pertama untuk memberikan layanan konseling kelompk tentang beroken home, harus dikumpulkan beberapa anak yang mengalami dan menghadapi masalah yang sama yaitu masalah broken home. Sementara waktu yang dimiliki untuk melakukan studi kasus kesulitan belajar ini terbatas. Kedua, untuk melakukan kegitan kunjungan rumah harus dilakukan paling tidak setidaknya tiga kali bukan hanya sekali agar informasi yang didapat itu dapat dipercaya kebenarannya dan betul-betul sesuai yang terjadi oleh siswa yang bermasalah.  Kemudian, tidak semua siswa mau dilakukan kunjungan rumah (home visit) dengan alasan malu dan sebagainya. Jadi layanan yang tidak terlaksana ini dikarenkan oleh waktu dan situasi yang tidak mendukung.

      4.      EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pemberian bantuan yang telah dilaksanakan. Jika bantuan dapat dikatakan berhasil maka usaha selanjutnya adalah memantau perkembangan klien. Namun apabila bantuan tersebut dirasa kurang berhasil maka akan dilakukan pengulangan dan perbaikan usaha yang lebih efektif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan yang diberikan, maka tindak lanjut ini diperlukan untuk pengentasan masalah dan mengetahui perkembangan atas kemajuan NR nantinya, berhubungan dengan keterbatasan waktu maka sangat mengharapkan peranan dari pihak guru BK untuk bekerja sama memberikan perhatian yang lebih intensif dan berkesinambungan kepada NR. Untuk itu diharapkan kepada Guru BK disekolah senantiasa memperhatikan perkembangan konselinya khususnya pada saat konseli berada di lingkungan sekolah, mengamati lebih lanjut, perkembangan kemajuan bukan hanya perhatian pada pelajaran tetapi juga proses interaksi sosial NR, dengan guru dan teman-temannya. Guru BK juga  hendaknya membina hubungan kerja sama yang baik dengan orang tua atau wali siswa NR sehingga guru BK akan lebih mudah memperoleh informasi tentang NR di rumah dan begitupun sebaliknya. Guru BK dapat memberikan informasi mengenai keadaan konseli di sekolah kepada orangtua atau wali NR agar dapat mengetahui kondisi anaknya pada saat berada di lingkungan sekolah.


     F.      KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
     A.     KESIMPULAN
Setelah melakukan serangkaian kegitan tudi kasus,  dapat disimpulkan bahwa NR adalah siswa yang memiliki masalah yang terkait dengan faktor eksternalnya yakni masalah keluarga yang masalahnya adalah broken home. Sehingga,  NR harus mendapatkan bantuan berupa layanan informasi, layanan konsultasi dan layanan konseling individual secara intens dan  berkesinambungan agar masalah yang dihadapi oleh NR dapat terentaskan sehingga NR dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
 Dalam penegntasan masalah yang dihadapi oleh NR, guru BK memiliki peran penting untuk membantu NR dalam menghadapi dan mengentaskan masalah yang dihadapinya. Untuk itu menjalin kerja sama dengan guru BK dengan memberikan informasi kepada guru BK tentang informasi yang didapat selama dilakukannya studi kasus kepada NR, agar guru BK melakukan pemberian bantuan segera kepada NR agar masalah yang dihadapinya tidak terus menenus berlangsung dan mempengaruh proses interaksi sosial dengan teman maupun gurunya yang nanti mungkin akan berdampak pada prestasi belajarnya dan psikologisnya.

      B.     SARAN
1.      Saran Untuk Guru
Masalah broken home yang dihadapi oleh NR harus sesegera mungkin diberikan bantuan oleh guru BK karena masalah broken home ini bisa mnejadi indikasi terjadinya penyimpangan sosial. Sebaiknya, NR diberikan tidak lanjut konseling individual secara intens agar masalah yang dihadapai dapat terselesaikan (terentaskan). Dalam pelaksanaan studi kasus ini masih banyak kelemahan didalamnya, yaitu Studi kasus ini dilaksanakan pada waktu kurang tepat karena, studi kasus ini dilakukan pada saat siswa mengikuti ulanagan semester ganjil. Diwaktu-waktu seperti ini kebanyak siswa sedang mempersiapkan diri dengan belajar sehingga sulit untuk diberikan layanan yang harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan seperti layanan konseling individual. Kemudian, Pada waktu melakukan studi kasus, waktu menjadi kendala utama yang dimiliki. Jadi bagi siapapun yang ingin melakukan studi kasus dengan masalah yang sama hendaknya dapat meluangkan labih banyak waktu agar tujuan dari studi kasus yang dilakukan dapat tercapai. Jadi kiranya guru BK dapat menanggulangi kekurangna atau kelemahan yang terdapat dalam studi kasus ini.
2.      Saran Untuk Orang Tua
Untuk orang tua siswa NR diharapkan agar lebih meluangkan waktunya, unutuk  bisa berinteraksi dengan anaknya agar siswa NR tidak lagi merasa diacuhkan oleh keluarganya. Karena anak yang kekurangan perhatian berbeda perkemabangannya dengana anak yang mendapat perhatian yang baik dari keluarganya
      C.     REKOMENDASI
Rekomendasi tentang hal apa yang harus dilakukan selanjutnya oleh guru BK selaku pihak yang terakait, yaitu guru BK harus bertindak cepat dalam memberikan bantuan kepada siswa NR, guna untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang baru terkait dengan masalah broken home ini, misalnya lari dari rumah, membully atau dibully oleh teman-teman sebaya, tidak memiliki semangat hidup, hilangnya motivasi unutuk bersekolah yang dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Jika hal ini terjadi, maka hanya akan dapat mendatankan penyesalan pada orang tua dan guru. Rekomandasi yang diberikan kepada guru yaitu hendaknya melakukan kunjungan rumah (home visit) segera kepada orang tua siswa untuk membicarakan masalah yang dihadapi oleh siswa NR, dan kemudian guru hendaknya memberikan perhatian khusus misalnya mangajak siswa bicara jika siswa NR sedang melamun dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar