Sabtu, 24 Februari 2018

PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Analisis Transaksional”
Makalah ini Kami tulis dengan mengambil dari beberapa sumber buku, internet,  dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Kami berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu Kami dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.


 


Kendari,   April  2017

                                                                                                                                                                                                                                                                           Penulis  

                                                                                           
                 


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..………………………………… i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................. iii  
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah................................................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................................................................
1.3  Tujuan…………….................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Pengantar dan Tokoh Utama…………….………………………………………………………………………..
2.2 Konsep – Konsep Utama…………………………………………………………………………………………….
2.3 Asumsi Perilaku Bermasalah…………………………………………………………………………………….
2.4 Tujuan Konseling……………………………………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................................
3.2 Saran ……………………………………………………….……………………………………………….……………

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................  


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kegiatan konseling sebagai suatu layanan profesional dan ilmiah, dalam pelaksanaannya, dilandasi oleh teori-teori yang erat kaitannya dengan proses terapi. Sampai saat ini sudah banyak teori terapi yang telah berkembang yang kemudian menjadi landasan kerja dalam pelaksanaan layanan konseling. Salah satu teori tersebut ialah teori analisis transaksional, terkenal dengan nama transactional analysis (TA), yang dikembangkan oleh Eric Berne. Teori inilah yang akan menjadi pokok kajian dalam makalah ini.
Mengingat pentingnya teori analisis transaksional sabagai salah satu landasan kegiatan praktik konseling, maka para konselor seharusnya menguasai pengetahuan dan keterampilan menerapkan teori analisis transaksional tersebut dalam situasi konseling yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar teori ini. Oleh karena itulah. Mahasiswa sebagai calon konselor hendaknya menguasai latar belakang dan pandangan dasar, konsep-konsep dasar, perkembangan kepribadian, dan kondisi dari mekanisme perubahan konseling analisis transaksional, serta mampu menerapkan dalam situasi praktik konseling.

1.2  Rumusan Masalah

2.      Menjelaskan siapa tokoh utama dari pendekatan analisis transaksional?
3.      Menjelaskan bagaimana konsep utama dari peendekatan ini?
4.      Menjelaskan apa saja asumsi perilaku bermasalah dari pendekatan ini?
5.      Menjelaskan apa saja tujuan dari pendekatan ini?


1.3Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui siapa tokoh utama dari pendekatan analisis transaksional ini.
2.      Mengetahui konsep- konsep utama dari peendekatan ini.
3.      Mengetahui bagaimana asumsi perilaku bermasalah itu
4.      Mengetahui tujuan dari dilakukannya pendekatan analisis transaksional  ini


BAB II
PEMBAHASAN

2.1TOKOH UTAMA
Pendekatan Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Benre (1910-1970) setelah ia mendapatkan gelar M. D (Medical Doctor).  Dari McGill university di montreal pada tahun 1935. Ia menyelesaikan spesialisasi psikiatri di yale University. Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu ia memulai praktik psikiatri di Carmel, California. Berdasarkan hasil observasinya terhadap konseli-konseli, Berne membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris jaman itu, sekitar pertengahan 1950. Pada usia 46 tahun, ia mengundurkan diri dari keanggotaan di the Psychoanalitic Institute. Kemudian ia mendobrak asumsi dasar dari Psikiatri tradisional dan mulai berpraktik dengan Transaksional Analysis. Pada tahun 1946 ia menerbitkan buku Games People Play yang menjadi International best-seller (Thompson, et.al, 2004, p.265:Corey,1986, p.149) dalam (Gantina Komalasari, p.90)

Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.

Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.


2.2KONSEP-KONSEP UTAMA
Adapun konsep pokok dari  transaksional analisis  menurut Geral Corey ( 2005 ) adalah:
        1.     Pandangan tentang Manusia
Transaksional Analisis berakar pada filsafat anti deterministik. Menempatkan iman dalam kapasitas kita untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih tujuan-tujuan baru dari perilaku. Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas dari pengaruh kekuatan sosial. Ia mengakui bahwa kita dipengaruhi oleh harapan dan tuntutan orang lain yang signifikan, terutama keputusan yang terlebih dulu dibuat pada masa hidupnya ketika kita sangat tergantung pada orang lain. Kita membuat keputusan-keputusan tertentu agar dapat bertahan hidup, baik secara fisik dan psikologis, pada titik tertentu dalam kehidupan. Tapi keputusan awal ini dapat ditinjau dan ditantang apabila sudah tidak cocok lagi maka keputusan-keputusan baru dapat dibuat.

Secara keseluruhan dasar filosofis Transaksional Analisis bermula dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek TA disebut  I`m OK  and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis Transaksional mendasarkan pada decisional model artinya setiap individu mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya.

         2.     Perwakilan Ego
Transaksional analisis adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; ego anak, ego orang dewasa dan ego orang tua.

Status ego adalah serangkaian perilaku yang terkait dengan pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987). Semua transaksi analis bekerja dengan status-status ego, yang mencakup aspek penting dari kepribadian dan karakter pembeda dari TA  (Dusay, 1986). Setiap orang memiliki trio dasar Parent, Dewasa, dan Anak (PAC), dan pergeseran terus-menerus individu dari salah satu status yang lain, perilaku mewujudkan ego kongruen dengan keadaan saat ini. Salah satu definisi dari otonomi adalah kemampuan untuk bergerak dengan kelincahan dan niat melalui ego status dan beroperasi dalam satu yang paling sesuai dengan realitas situasi tertentu.
a.       Status Ego anak
Status Ego Anak adalah keaslian dari bagian hidup kita dan yang paling alami, yang  termasuk “rekaman” pengalaman awal. Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, lucu, memberontak, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah. Sebaliknya yang ber­sifat adapted child (AC) ditunjukkan dengan bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami konflik.

b.      Status Ego Dewasa
Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber­sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c.       Status Ego Orang tua
Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama orang tua yang selalu mengkritik, merugikan dan yang ke dua orang tua yang saying.

Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terihat dan terdengar dari tindakan maupun tutur kata serta ucapan-ucapan­nya. Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP), ini sikap orang tua yang sayang. Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, me­larang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent ( CP ).

        3.     Skenario kehidupan dan posisi psikologi dasar
Skenario kehidupan adalah ajaran orang tua yang kita pelajari dan keputusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, selanjutnya dipahami oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dengan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaimana kita pada usia dini. Pesan verbal dan non verbal orang tua, mengkomunikasikan bagaimana mereka melihat dan bagimana merasakan diri kita. Kita membuat keputusan yang memberikan andil pada pembentukan perasaaan sebagai pemenang (perasaan “OK”) atau perasaan sebagai orang yang kalah (perasaan “tidak OK”).



Hubungannya dengan konsep skenario, pesan-pesan dan perintah orang tua dan keputusan kita. Dalam hal ini, konsep AT memiliki empat posisi dasar yaitu;
·         Pertama, Saya OK—Kamu OK
·         Kedua, Saya OK—Kamu Tidak OK
·         Ketiga, Saya Tidak OK—Kamu OK
·         Keempat, Saya Tidak OK—Kamu Tidak OK.

Masing-masing dari posisi itu berlandaskan pada keputusan yang dibuat seseorang sebagai hasil dari pengalaman masa kecil. Bila, keputusan yang telah diambil, maka umumnya dia akan bertahan pada keputusannya itu, kecuali bila ada intevensi (konselor atau kejadian tertentu) yang mengubahnya. Posisi yang sehat adalah posisi dengan perasaan sebagai pemenang atau posisi Saya OK—Kamu OK. Dalam posisi tersebut dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka. Saya OK—kamu tidak OK, adalah posisi orang yang memproyeksikan masalah-masalanya kepada orang lain dan biasanya melimpahkan kesalahan pada orang lain, ciri pada posisi ini menunjukan sikap arogan, menjauhkan seseorang dari orang lain dan mempertahankan seseorang dari teralinasi. Saya Tidak OK—Kamu OK , adalah posisi orang yang mangalami depresi, merasa tidak kuasa dibanding dengan orang lain dan cenderung menarik diri atau lebih suka memenuhi keinginan orang lain daripada keinginan diri sendir. Saya Tidak OK—Kamu Tidak OK, adalah posisi orang yang memupus semua harapan, bersikap pesimis, dan memandang hidup sebagai sesutau yang hampa.


2.3ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional  berasumsi bahwa manusia itu:
 
     1.      Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu :
a.       Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
b.      Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
c.       Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
     2.      Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
    3.      Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi AT, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.
     4.      Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.
     5.      Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
      6.      Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain.
    7.      Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

2.4TUJUAN KONSELING
Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik. Inti terapi ini adalah mengganti kearah gaya hidup yang otonom yang memiliki ciri-ciri: kesadaran, spontan,intim,dengan menggunakan game dan naskah hidup. Individu juga belajar menulis kembali naskah hidup mereka (Corey,1986,p.158).

Menurut Harris (1967) melihat tujuan Analisis Transaksional sebagai membantu individu agar memiliki kebebasan memilih kebebasan mengubah keinginan, kebeasan mengubah respons-respons terhadap stimulus yang lazim maupun yang baru (h.82)

Tujuan utama dari terapi analisis transaksional dalam Sayekti Pujosuwarno (1993:27) adalah :
1.    Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2.    Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
3.    Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.

Adapun tujuan-tujuan khusus pendekatan Analisis Transaksional adalah:
1.    Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat.
2.    Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri.
3.     Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan.
4.    Konselo dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar keasadaran.



















BAB III
PENUTUP

3.1SIMPULAN         
           Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

           Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional ( interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab ) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.

           Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik karena hanya menerapkan satu jenis status ego saja ( SEA,SEO, atau SED ).

3.2SARAN
Diharapkan para konselor untuk menggunakan pendekatan Analisis Transaksional apabila menemui masalah seperti diatas. Karena menurut kelompok kami pendekatan Analisis Transaksional tersebuttepat untuk menangani masalah seperti diatas.




DAFTAR PUSTAKA


Komalasari, Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:
PT Indeks

Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori Konseling. Jakarta:
Ghalia Indonesia

Correy,G.1982.Ttheory and Practice Of Counseling and Psycotheraphy. California: Cole Publishing Company



Tidak ada komentar:

Posting Komentar